Posts

Showing posts from October, 2013

Kecendurungan Beraspirasi Tanpa Aksi

Beberapa bulan yang lalu, media sosial seperti twitter, facebook, dan lain-lain membicarakan masalah uang kuliah tunggal (UKT) yang dirasa terlalu mahal dan tidak seimbang dengan penghasilan orang tua mahasiswa yang bersangkutan. Berbagai macam aspirasi yang dibagikan mahasiswa baru lewat jejaring sosial mendapatkan tanggapan yang beragam. Ada yang pro dan ada pula yang kontra.  Bukan permasalahan, mana pihak yang pro dan mana pihak yang kontra. Namun, siapa yang bergerak dengan tindakan maupun pihak yang hanya bergerak dengan ucapan.  S eperti yang saya jumpai di beberapa jurusan dari berbagai universitas (khusunya jurusan saya), banyak sekali mahasiswa baru yang protes mengenai biaya UKT yang terlalu tinggi. Tetapi, dari para mahasiswa tersebut tidak ada yang membela pihak yang yang dirugikan atas pengenaan biaya UKT atau setidaknya membela diri sendiri jika memang ia merasa dirugikan dalam pengenaan biaya UKT. Pada kenyataannya, aspirasi, keluhan, dan protes mere

Resume : Menggugat Pers dan Negara oleh Amir Effendi Siregar #bridgingcourse

Independensi pers di Indonesia mulai menjadi persoalan. Hal ini dikemukakan oleh tokoh-tokoh Indonesia seperti Ketua Umum PWI; Bung Margiono, Menteri Tifatul Sembiring bahkan Presiden SBY menggugat profesionalisme dan independensi pers. Gugatan-gugatan tersebut berkaitan erat dengan kepemilikan media. Namun, negara sebagai regulator dan pemerintah juga memiliki ruang untuk mendapatkan gugatan serupa . Pada umumnya media Indonesia masih bersifat elitis, isinya seragam, dan terkonsentrasi pada kepemilikan. Media paling elite adalah cetak. Tetapi sirkulasi tersebut masih terbilang sangat kecil bila mengikuti standar minimal UNESCO. Media cetak di Indonesia banyak beredar di kota-kota besar dan daerah   urban. Internet digunakan untuk memperluas jangkauan. Meskipun penetrasinya masih kecil. Televisi swasta baru menjangkau 78 persen penduduk. TVRI juga belum mendapat perhatian yang layak. Isi stasiun televisi swasta berorientasi pada penduduk urban, seragam, dan elitis. Radio me

[Cerpen] Menyapa Angin di Pagi Hari

Image
Oleh Lamia Melodi (Lamia Putri Damayanti) Tuhan, berilah aku keberanian untuk mengucapkan selamat pagi kepadanya. *** via http://40daysforlifepittsburgh.com Pagi tak pernah terasa pagi bagiku. Tidak ada perbedaan pagi, siang, sore dan malam yang signifikan aku pikir. Semuanya sama, gelap terang terasa sama. Karena selalu ada dia yang menetralkan suasana hatiku. Bagiku, dialah angin pagi yang berhembus semilir dalam benakku, berputar-putar seperti angin siklon yang tiada henti. Menjadi pelampiasan memoir yang terus bergelut dalam hari. Dia adalah dia, yang kupuja dan kunikmati di pagi hari. “Hei, pagi?” Dia menengok ke arahku sebentar kemudian kembali mencermatiku buku cetaknya yang agak tebal. Apakah dia mendengarku? Atau hanya mencari gerakan untuk melepas rasa penat yang menumpuk? “Hei, pagi?” Dia kembali menoleh, menampakkan binar wajahnya yang berseri seperti angin segar di sore hari. Aku terdiam cukup lama. Memandanngya dalam ruang semuku ya