Posts

Showing posts from 2015

What Muhammad Said About This World

Image
Do you know? He's totally right. His words reminds me the purpose of life. I mean the real purpose of life. Our real life! What he said long-long time ago remind me about one thing: Allah. Thank you Muhammad. Things you say always made me feel safe. Your words always makes me calm. What do you say hundreds of years ago have always made me feel loved. Thank you, Muhammad, has been willing to love me - one of your people who are negligent.

Duduk Bersisian

Image
via  http://www.tropical-tanning.com / Kita duduk bersisian di bangku taman kota. Kamu duduk di sebelah kanan dan aku di sebelah kiri. Kita selalu berdebat soal posisi tempat duduk. Terutama jika duduk di bus-bus kota, aku selalu memilih duduk di dekat jendela dan kamu mesti mengalah. Akhir-akhir ini kita tidak banyak berbicara. Bahkan saat menaiki bus antarkota dua hari yang lalu. Kita tidak berdebat siapa yang layak mendapat kursi penumpang dekat jendela. Kamu, dengan begitu rendah hati, mempersilakan kursi penu mpang dekat jendela itu untukku - - tanpa berdebat siapa yang harus duduk di sana. Kita bertemu tetapi hanya saling menikmati diam. Katamu, kita tak perlu bicara banyak-banyak. Tetapi, kadang, aku meyakini bahwa aku harus mendengar suaramu. Tetapi, rupanya, kamu lebih menikmati suasana senyap ini. Kamu tidak berbicara apapun padahal aku menunggu cerita-cerita yang kamu pungut di jalan sore tadi. Sekarang kita duduk di taman kota sembari menikmati senja dalan diam. Aku da

Bajak Laut

Image
I can't handle myself to not love beach, sea, ocean, ship or anything else. I'm purely Pirate. Pirate that live in mountain but fall in love sea. Fall in love to deep. So deep.      -Mountain Pirates

Problematika Ruang Publik; Disfungsi Etika dalam Penerapan Komunikasi Massa

Dalam melibatkan masyarakat warga dalam sebuah sistem, tentunya ruang publik adalah salah satu komponen yang harus ada dalam masyarakat warga. Apalagi dengan sistem pemerintahan demokrasi yang diterapkan oleh suatu negara. Dalam hal ini masyarakat warga atau publik berhak memiliki ruang untuk berekspresi, menyampaikan pendapat, dan berserikat. Sebetulnya, ketika kita menyoal tentang ruang publik, ada banyak konsep yang perlu ditinjau untuk memahaminya. Dalam hal ini, ruang publik yang akan dibahas di sini adalah ruang publik dalam konteks media massa.

Pentingnya Etika dalam Proses Komunikasi

                Komunikasi adalah suatu hal yang vital bagi kehidupan manusia. Bahkan dapat dikatakan, komunikasi merupakan landasan utama dalam melakukan interaksi sosial. Ketiadaan komunikasi akan mengakibatkan kenihilan interaksi sosial. Sebab, dalam hal ini, komunikasi baik berupa verbal maupun nonverbal dengan berbagai simbol-simbol yang ditunjukkan adalah proses dari interaksi sosial. Oleh karena itu, jika berbicara mengenai hakikat komunikasi maka tidak akan jauh-jauh dari eksistensi manusia itu sendiri.

Monolog Malam Hari di Balik Jendela

Image
via https://morfis.files.wordpress.com/ Ini pertama kalinya aku melihatmu bertingkah aneh. Dengan wajah lesu kamu berbicara sendiri – bermonolog pada angin. Tetapi, seolah-olah kamu berbicara padaku. “Dia sudah punya cewek! Huh!” aku mendengarmu mengeluh. Kamu melipat kakimu sampai ke dada dan menaruh dagumu di sana. Jendela pintu kamarmu terbuka lebar. Angin berdesir – menyelinap – dan bersemayam di antara tengkuk dan udara kosong lainnya. Tetapi, kamu tidak menghiraukan hal itu.

Asap dan Sepi

Image
via http://img14.deviantart.net/ Aku tidak tahu sudah berapa lama aku mengisap rokok. Aku juga tidak tahu sejak kapan aku mulai merokok. Hanya saja, setiap kali menatap langit-langit kamar yang temaram sembari menghembuskan asap rokok ke udara, aku selalu melihat sesuatu hal. Asap tipis yang mengaburkan pandanganku tetapi melegakan dan melenakan. Aku suka menjumput asap itu dengan tanganku. Menepis kekosongan udara. Mungkin, kami – aku dan asap bisa berbincang-bincang perihal sepatu yang belum disemir selama sebulan dan mulai kusam. Atau kami bisa berbicara tentang tumpukan piring kotor yang sudah berlalat.

Tolong Mengerti

Image
vis http://globe-views.com “Tolong mengerti,” katamu padaku melalui pesan singkat yang tiba-tiba datang di tengah malam. Aku hanya bertanya apakah kita harus melanjutkan semua ini dengan konsep yang sama atau tidak. Tetapi, tiba-tiba kamu mengirimiku sebuah pesan singkat yang mencengangkan. Kamu bilang aku sama sekali tidak pengertian. Kamu bilang aku seperti anak kecil karena tidak bisa memahami kesibukan orang lain.

Ngeri

Image
via https://i.ytimg.com Ngeri. Sungguh, aku pikir kamu adalah orang baik. Tetapi bicaramu sangat kasar. Kamu berbicara seenaknya tanpa memikirkan perasaan orang. Kamu selalu mengajak bersilat lidah. Dan yang paling aku sesalkan dari keberadaanmu di bumi ini adalah; kamu suka sekali menuduh orang lain tanpa verifikasi.

Buku Usang yang Berada di Rak Berdebu

Image
  via tamanbacaindah.files.wordpress.com Aku suka ketika kamu menyodorkan sebuah buku dan menyuruhku membaca beberapa halaman dari buku itu. Aku suka ketika kamu dengan antusias membukakan halaman itu dan mengatakan padaku bahwa baris-baris kalimat disana sangat kau puja. Aku suka ketika kamu menyarankanku untuk membaca buku-buku yang telah kamu baca. Tidak semuanya. Kamu menunjukkan beberapa halaman yang kamu suka. Halaman-halaman dengan baris-baris kalimat yang menjadi favoritmu.

Makan Siang

Image
Di ruang ini, semua orang terlihat bahagia; mereka makan dengan lahap makan siang mereka. Seolah-olah tidak melihat, di ruang lain ada yang kelaparan. Menggelepar dalam bait jelang kematian. Mereka berharap sesuap nasi atau secuil roti dengan segelas air bersih yang mampu melepas dahaga. Tetapi, di ruang itu, tak mereka dapatkan harapan mereka yang hanya sejengkal. Sedangkan di ruang lainnya, tempat di mana orang-orang menyantap makan siang mereka – sembari memotretnya dan mengunggahnya ke dunia maya; tertawa-tawa kegirangan. Tidak ada yang berdua di sana. Tidak ada yang berduka di sini. Makan siang pun tetap terasa nikmat. Sayup-sayup terdengar, ada perempuan memekik dengan histeris; bayinya mati hari ini. Bayinya yang ketiga setelah bayi-bayi sebelumnya yang mati karena tidak mendapatkan air susunya. Di ruang yang lain, seorang pria menangis tersedu-sedu – sebab, ia terlambat membawakan sekerat nasi untuk anak laki-laki satu-satunya. Lengkingan lain masih terdengar. Kematian

Hanya Diagnosa

Image
Memangnya, sejauh apa kamu mengenali orang lain? Saya mengingat ucapan salah seorang teman saya, bahwa manusia adalah dokter. Mereka mendiagnosa tiap-tiap hal yang terjadi di dunia ini. Pada kenyataannya, dokter pun tidak benar-benar mengenali sebuah penyakit. Ia berbicara mengenai gejala dan mencoba mendiagnosa. Akan tetapi, mereka tidak benar-benar mengenali penyakit itu.

Mahasiswa, Masyarakat, dan Ilmu Pengetahuan

“Kalau kita ke daerah konflik, memangnya kita bisa membantu memecahkan masalah?” ujar salah seorang teman saya. Wajahnya begitu terlihat ragu dengan usulan saya untuk melakukan pengabdian masyarakat di daerah konflik. Katanya, mahasiswa tidak akan bisa melakukan apapun. “Memangnya kita bisa apa?” lanjutnya lagi – dengan mimik yang tidak bisa saya deksripsikan. Sekilas ia tampak merasa bersalah. Tetapi, saya juga melihat guratan ketidakpedulian dan keraguan atas eksistensi dirinya sendiri.

Mahasiswa, Bisa Apa?

Image
“Memangnya, apa sih yang bisa dilakukan oleh seorang mahasiswa?” tanya Mbah Sarijo kepada saya dan tiga orang rekan saya beberapa waktu lalu saat kami bertolak ke Kulonprogo. “Mahasiswa kuwi, iso opo?” ia kembali menanyakan dengan mimik keragu-raguan. Sementara itu kami berempat hanya terdiam. Diam karena tidak bisa menjawab. Atau mungkin diam karena sedang merenungi pertanyaan lelaki tua yang akrab dipanggil “Mbah Jo” itu. Dan mungkin, saya adalah salah satu dari ketiga teman saya yang merenungi ucapan Mbah Jo dengan keragua-raguan pula. Mbah Jo adalah salah satu petani yang dikriminalisasi karena kasus rencana pembangunan Bandara Kulonprogo (yang kini kasus tersebut belum selesai).

Mimpi dan Masa Kecil

Image
Dokumentasi Pribadi Dalam acara Kelas Inspirasi Magelang beberapa waktu lalu, saya menyempatkan diri berkenalan dengan tiga orang siswa. Dua gadis kecil yang saya foto itu bernama Reni dan Afifah (kalau saya tidak salah ingat) Sementara bocah laki-laki yang tidak mau ikut serta dalam foto tersebut bernama Yuda. Ketika saya bertanya apa cita-cita kedua gadis cilik yang bersedia saya foto itu, mereka menjawabnya dengan mantap. Reni ingin menjadi guru dan Afifah ingin menjadi Polwan. Karena penas aran saya pun bertanya mengapa keduanya bercita-cita memiliki profesi tersebut. Tetapi mereka hanya tersenyum - mesam-mesem khas anak kecil yang tidak mengerti ihwal kausal. Mereka belum mengerti tentang menjalani sebuah profesi. Tetapi mereka memiliki sebuah tekad yang kuat. Dari dulu saya percaya bahwa masa depan seseorang kembali pada mimpi masa kecil mereka. Saya sih cuman bisa berharap juga berdoa, kedua gadis cilik ini mampu meraih cita-citanya. Untuk Reni, jadilah sebaik-baiknya

Strategi Ekonomi Politik Google dalam Memonopoli Internet

A.     Pendahuluan             Internet adalah salah satu inovasi teknologi yang mampu menciptakan berbagai fenomena dalam kehidupan manusia. Puluhan tahun silam, penemuan internet hanya diakomodir untuk kepentingan-kepentingan militer dan pendidikan. Selang beberapa dekade, internet kemudian hadir sebagai salah satu sumber informasi paling mudah dan cepat. Di Indonesia sendiri, kemunculan internet pertama kali di tahun 1990-an baru dimaknai sebagai media untuk mencari informasi. Dengan adanya “ search engine ” atau mesin pencari, pengguna internet dapat mengakses berbagai macam informasi yang telah dihimpun dalam sebuah server.

Conflict Management when Experiencing Culture Shock

                Being an outsourced employees isn’t easy, especially to faced problem cultures like striking differences in culture. This problem has been experienced by Todd (Outsorced, 2006), an outsorced employees which is sent to India from America. India and America is a country that has a very significant cultural differences. India is a country that has high context cultural while America has low context cultural. In this movie, Todd had very big cultural shock. On the first time he arrived to India (on the airplane), he met many significant different thing. He had to realize that India and America isn’t same place. But in this case, he still negotiated his cultural (American Culture) with Indian culture. He know that everything was different, but he still want same thing (which is he got that in America) in his life when he stayed in India.

Etika Komunikasi 3

Eksploitasi Ruang Privat Dalam Ranah Publik Komersialisasi Ruang Privat dalam Acara Variety Show " Everybody is Superstar "                                    Media penyiaran menggunakan frekuensi sebagai medium untuk menyampaikan konten yang berada di dalamnya. Berdasarkan Undang-Undang No 32 tahun 2002, frekuensi ditetapkan sebagai milik publik. Dari kedua premis ini maka dapat dikonklusikan bahwa media penyiaran adalah ruang publik. Dalam hal ini media penyiaran menggunakan milik publik, artinya, dalam pemanfaatkan frekuensi tersebut, publik berhak mendapat kesesuaian dan keuntungan. Namun, pada kenyataannya, frekuensi dimonopoli oleh kepentingan berbagai media penyiaran demi mendapatkan kepentingan kue iklan. Pelanggaran etika terkait dengan monopoli frekuensi oleh media sendiri telah sering kali terjadi.                 Beberapa di antaranya adalah acara live Raffi Ahmad dan Nagita Slavina serta persalinan istri Anang Hermansyah, Ashanty. Secara hierarkis,

Getting Old

Image
source I realized that... on this day, I’m getting old, old, and old. I just wondering how I can survive and struggling. Everyhing is different. Day by day, everythings changing. Nothings change and  I’m afraid that I cannot control my self, handle my life, then I just scattered with the wind. Blow up like summer breeze and no one realized that I  came and passed around them. I’m just afraid, everyhing will be going worse and I can’t do anyhing except show gloomy face. I just thought that... my life.. my age.. going so sudden. I thought I was five years old girl. Or, if I want, I just  baby. A little baby that so fragile. I have to protected. People must around me to againts danger .But I’m big girl right know – in early twenty years old. So old and so wasting time.

Etika Komunikasi 2

Bencana dan Luputnya Etika Penyiaran dalam Televisi Istilah “ bad news is a good news ” sepertinya ditasbihkan menjadi pedoman utama dalam pemberitaan-pemberitaan yang dipublikasikan oleh media, khususnya televisi. Dalam hal ini, perkembangan teknologi menjadikan televisi sebagai salah satu sumber informasi yang lebih dimanfaatkan oleh masyarakat dibandingkan media cetak. Selain gratis, televisi juga memberikan gambaran informasi yang lebih konkret karena disertai dengan audio visual. Tidak hanya itu, dari segi kecepatan dan aktualitas, televisi tentunya lebih mumpuni dan fleksibel dibandingkan media cetak. Sebab, media cetak harus menempuh berbagai tahap agar bisa sampai ke tangan masyarakatnya.             Sebagai salah satu sumber informasi, media siaran atau televisi tentunya memiliki peran vital dalam menyediakan informasi bagi masyarakat. Apalagi di masa modern saat ini di mana masyarakat begitu haus akan informasi. Sebagai media siaran, berbagai hal pun tidak luput da

Pekerjaan atau Profesi

Image
         HAPPY JOURNALIST! via www.adweek.com Dalam kehidupan ini, tentunya setiap orang harus bekerja. Bekerja bukan lagi persoalan keinginan tetapi adalah kebutuhan. Setiap orang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, orang-orang juga dapat memilih untuk mendapatkan pekerjaan yang dicintainya. Jika berbicata ihwal keharusan bekerja; tentunya semua orang mesti bekerja. Tidak dapat lagi dielakkan karena kewajiban setiap manusia adalah menafkahi dirinya sendiri dan mungkin juga memberikan sebagian kecil miliknya kepada orang lain.                 Dan berbicara soal pekerjaan, tentunya setiap orang mendambakan pekerjaan yang diinginkan. Saya sendiri tahu, selepas lulus dari perguruan tinggi nanti, saya harus mencari pekerjaan. Saya harus benar-benar mandiri secara finansial. Bahkan kalau perlu, sesungguhnya saya mungkin bisa mandiri secara finansial sebelum lulus kuliah. Beberapa kali saya mengambil pekerjaan sambilan. Tapi kedua pekerjaan yang pernah saya l

ENFP

Image
Saya sedang iseng dan terlampau selo untuk mengikuti sebuah tes personaliti di internet. Hasilnya di luar perkiraan saya tetapi juga membuat saya kemudian semakin mantap pada sebuah tujuan. Sebenarnya sih saya bukan tipe orang yang memercayai tes-tes personaliti. Seperti yang sudah saya bilang di postingan-postingan saya sebelumnya: saya bukan orang positivis yang menggenerrelasi sekelompok manusia. Apalagi hanya berdasarkan stereotipe, golongan darah, dan tes-tes “lucu” di internet. Tetapi belakngan karakteristik personaliti “Jung” sedang buming. Saya jadi penasaran dan kepengin tahu seperti apa milik saya.                 Nah, hasilnya sangat mencengangnkan karena di luar perkiraan saya. Saya pikir sih hasil tes ini salah. Mungkin karena saya yang tidak terlalu memahami bahasa “keminggris” yang dipakai untuk tes. Hasil tes itu adalah ENFP. Extrovert, Intuitive, Feeling , dan Perceiving. Yang paling mencengangkan adalah hasil pertama yaitu ekstrovert. Daridulu saya berpiki

Berbagai Problematika dalam Jurnalisme Online: Kebenaran yang Sepotong-Sepotong

Berbicara mengenai kemajuan teknologi, khususnya di ranah digital maupun internet adalah salah satu aspek kehidupan yang terus berkelanjutan. Dalam hal ini, kita mengetahui bahwa teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia. Perkembangan dunia digital dan internet tentunya memberikan efek yang besar bagi kehidupan masyarakat dan gaya hidup mereka. Perlu diketahui pula, bahwa internet dan dunia digital menyentuh segala aspek kehidupan manusia mulai dari komunikasi hingga ekomoni dan politik. Kegiatan jurnalistik juga tidak luput dari pengaruh perkembangan internet dan dunia digital.             Kita dapat melihat bahwa saat ini sebagian media cetak telah tergantikan oleh media online. Apa yang dimaksud “tergantikan” di sini adalah masyarakat cenderung lebih memilih media online sebagai sumber informasi pertamanya. Hal ini disebabkan oleh kecepatan media online dalam memberitakan sebuah berita. Selain itu, dibandingkan media cetak yang harus berla

Terhisap Jejaring Virtual

Hingga kini, media interaktif yang membuat saya terus merasa terkesan adalah internet. Kemunculannya tidak hanya mengubah dunia dan gaya hidup masyarakat. Internet juga menciptakan sistem dan konsep baru tentang budaya sosial. Bagaimana orang-orang berinteraksi dalam sebuah dunia berjejaring yang tidak memiliki batas antara ruang dan waktu adalah suatu hal yang menjadikannya unik. Mencatut apa yang pernah dikatakan oleh Marshall McLuhan, dunia akan berubah (dengan internet) laiknya desa kecil yang semua orang memiliki akses untuk “bertegur sapa”. Selain itu, dengan adanya internet, menjadi penyokong segala bentuk kecanggihan teknologi. Sekirarnya banyak sekali aplikasi yang kini diciptakan guna menunjang kebutuhan manusia.

Persiapan Indonesia dalam Menghadapi Tuntutan dan Persoalan Digitalisasi Penyiaran

Image
Oleh Lamia Putri Damayanti* via http://diskominfo.jabarprov.go.id Tuntutan perkembangan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat terhindarkan. Hampir semua aspek mengalami implikasi dari peradaban teknologi yang semakin canggih. Termasuk media penyiaran, teknologi yang berkembang  juga berimplikasi pada substansi dan instrumentasi media penyiaran. Perkembangan teknologi dalam bidang media penyiaran yang saat ini santer dibicarakan adalah proses digitalisasi, yaitu pemindahan dari sistem analog ke sistem digital. Dalam hal ini, melihat efektivitas program digitalisasi, bukan hal yang tidak mungkin jika media penyiaran di Indonesia menerapkannya. Apalagi saat ini, berbagai negara di belahan dunia telah turut serta dalam digitalisasi penyiaran. Semenjak ditetapkannya batas akhir TV analog secara internasional pada tahun 2015 oleh International Telecommunicatin Union (ITU ), negara-negara global telah beralih pada digitalisasi penyiaran. Telah tercatat 85% wila

Percakapan Bapak dan Ibuk

Image
                 http://www.macdonaldlaurier.ca Mulanya, dulu, aku memercayai kebersamaan. Aku percaya bahwa segala sesuatu halnya akan terasa sama sekalipun dunia telah berubah. Namun aku salah. Segalanya berubah dan aku tidak menyadarinya. Tidak ada lagi yang sama bahkan tentang diriku sendiri. Ternyata, semua itu hanya halusinasiku semata. Aku terlalu takut untuk melihat kenyataan bahwa segalnya tidak sama dan berubah-ubah.                 Pun juga tentang kebersamaan, kesendirian, dan kesepian. Padahal aku sudah merasakannya semenjak menginjak usia lima tahun. Aku pernah sesekali berpikir bahwa aku merasa sendiri. Tapi aku hanya berpikir bahwa kesendirian itu akan cepat-cepat ditebus dengan kehadiran-kehadiran. Walaupun hanya desiran angin yang hadir menemani kesunyian yang tiada berjeda. Aku berpikir bahwa aku tidak akan lama jika harus merasa sendiri dan sepi. Tetapi ternyata aku salah. Pada kenyataannya, sejak awal aku selalu sendiri.

Berkunjung ke Rumah Teman

Image
http://rnbdesigngroup.com Rasanya lucu juga memikirkan hal ini; berkunjung ke rumah teman. Kalau orang Jawa lebih akrab menyebutnya sowan. Dan tiba-tiba saja hari ini saya terpikirkan hal tersebut. Selain lucu, saya juga merasa ada hal-hal yang hilang dari tradisi ini. Rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumah teman untuk hal-hal yang sepele. Artinya saya tidak benar-benar berniat berkunjung karena hal khusus yang harus disampaikan. Misalnya saja seperti yang saya lakukan bulang kemarin. Saya berkunjung ke beberapa teman saya – yang kebetulan jarak rumahnya dengan rumah saya sampai belasan kilometer. Hal yang menyebabkan saya begitu menggebu-gebu ingin berkunjung adalah karena kami sudah lama tidak bertemu. Bahkan, dari salah seorang teman itu, saya hampir tidak bertemu dengannya sampai satu tahun. Karena merasa tidak sanggup menanti satu semester untuk meluangkan bertemu satu hari, saya nekat mencari alamat rumahnya dan bertandang ke sana – sendirian. Ent

Etika Komunikasi 1

Eksploitasi Identitas Korban Asusila sebagai Komoditas Pelanggaran privasi sangat sering dilakukan oleh media massa. Dalam hal ini, pemberitaan mengenai kasus-kasus pemerkosaan yang tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik yang berlaku. Kasus EM, seorang perempuan yang meninggal dibunuh setelah diperkosa adalah salah satu “korban” pelanggaran privasi yang dilakukan oleh berbagai media daring di Indonesia. Setelah menjadi korban di dunia nyata, dia juga harus menjadi korban bisnis media.                 Menurut UU No. 40 tahun 1999 mengenai Pers, telah dijelaskan bahwa wartawan dan mentaati kode etik jurnalistik.  Hal tersebut termaktub dengan sangat jelas dalam Pasal 7 ayat 2.  Namun, kenyataannya, banyak sekali pemberitaan berita mengenai tindakan asusila yang tidak melindungi korban dan privasinya.                 Korban pemerkosaan dan pembunuhan EM tidak mendapatkan perlindungan identitas dan dilanggar berbagai konten privasi yang dimilikinya. [1] Foto-foto EM tersebar

Teori Komunikasi dalam Tradisi Sosiokultural

1.       Communicator (Komunikator) -           Symbolic Interaction and Self as Social Object (Interaksi Simbol dan Diri dalam Objek Sosial)       Interaksi simbolik ( symbolic interaction ) adalah cara berpikir mengenai pikiran, diri sendiri, dan sosial yang berkontribusi besar dalam tradisi sosiokultural. Orang-orang berinteraksi dengan orang lain pada waktu tertentu dan membagi makna untuk tindakan tertentu yang dapat dilakukan. Interaksi itu dilakukan untuk memahami situasi pada saat tertentu. Sosial itu sendiri muncul dari kesinambungan percapakan antar indvidu.       Kata kunci : interaction, symbolic, mind, self, meanings, and actions -           The Presentational Self (Presentasi Diri)       Setiap situasi dipandang sebagai tingkatan dan orang-orang memikirkan bagaimana untuk menghadapi satu tingkatan dengan tingkatan yang lain. Tindakan digunakan untuk menampilkan kesan kepada orang lain ketika berinteraksi. Ketika seseorang berada pada situasi tertentu, ia ak