Posts

Showing posts from September, 2015

Etika Komunikasi 2

Bencana dan Luputnya Etika Penyiaran dalam Televisi Istilah “ bad news is a good news ” sepertinya ditasbihkan menjadi pedoman utama dalam pemberitaan-pemberitaan yang dipublikasikan oleh media, khususnya televisi. Dalam hal ini, perkembangan teknologi menjadikan televisi sebagai salah satu sumber informasi yang lebih dimanfaatkan oleh masyarakat dibandingkan media cetak. Selain gratis, televisi juga memberikan gambaran informasi yang lebih konkret karena disertai dengan audio visual. Tidak hanya itu, dari segi kecepatan dan aktualitas, televisi tentunya lebih mumpuni dan fleksibel dibandingkan media cetak. Sebab, media cetak harus menempuh berbagai tahap agar bisa sampai ke tangan masyarakatnya.             Sebagai salah satu sumber informasi, media siaran atau televisi tentunya memiliki peran vital dalam menyediakan informasi bagi masyarakat. Apalagi di masa modern saat ini di mana masyarakat begitu haus akan informasi. Sebagai media siaran, berbagai hal pun tidak luput da

Pekerjaan atau Profesi

Image
         HAPPY JOURNALIST! via www.adweek.com Dalam kehidupan ini, tentunya setiap orang harus bekerja. Bekerja bukan lagi persoalan keinginan tetapi adalah kebutuhan. Setiap orang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, orang-orang juga dapat memilih untuk mendapatkan pekerjaan yang dicintainya. Jika berbicata ihwal keharusan bekerja; tentunya semua orang mesti bekerja. Tidak dapat lagi dielakkan karena kewajiban setiap manusia adalah menafkahi dirinya sendiri dan mungkin juga memberikan sebagian kecil miliknya kepada orang lain.                 Dan berbicara soal pekerjaan, tentunya setiap orang mendambakan pekerjaan yang diinginkan. Saya sendiri tahu, selepas lulus dari perguruan tinggi nanti, saya harus mencari pekerjaan. Saya harus benar-benar mandiri secara finansial. Bahkan kalau perlu, sesungguhnya saya mungkin bisa mandiri secara finansial sebelum lulus kuliah. Beberapa kali saya mengambil pekerjaan sambilan. Tapi kedua pekerjaan yang pernah saya l

ENFP

Image
Saya sedang iseng dan terlampau selo untuk mengikuti sebuah tes personaliti di internet. Hasilnya di luar perkiraan saya tetapi juga membuat saya kemudian semakin mantap pada sebuah tujuan. Sebenarnya sih saya bukan tipe orang yang memercayai tes-tes personaliti. Seperti yang sudah saya bilang di postingan-postingan saya sebelumnya: saya bukan orang positivis yang menggenerrelasi sekelompok manusia. Apalagi hanya berdasarkan stereotipe, golongan darah, dan tes-tes “lucu” di internet. Tetapi belakngan karakteristik personaliti “Jung” sedang buming. Saya jadi penasaran dan kepengin tahu seperti apa milik saya.                 Nah, hasilnya sangat mencengangnkan karena di luar perkiraan saya. Saya pikir sih hasil tes ini salah. Mungkin karena saya yang tidak terlalu memahami bahasa “keminggris” yang dipakai untuk tes. Hasil tes itu adalah ENFP. Extrovert, Intuitive, Feeling , dan Perceiving. Yang paling mencengangkan adalah hasil pertama yaitu ekstrovert. Daridulu saya berpiki

Berbagai Problematika dalam Jurnalisme Online: Kebenaran yang Sepotong-Sepotong

Berbicara mengenai kemajuan teknologi, khususnya di ranah digital maupun internet adalah salah satu aspek kehidupan yang terus berkelanjutan. Dalam hal ini, kita mengetahui bahwa teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia. Perkembangan dunia digital dan internet tentunya memberikan efek yang besar bagi kehidupan masyarakat dan gaya hidup mereka. Perlu diketahui pula, bahwa internet dan dunia digital menyentuh segala aspek kehidupan manusia mulai dari komunikasi hingga ekomoni dan politik. Kegiatan jurnalistik juga tidak luput dari pengaruh perkembangan internet dan dunia digital.             Kita dapat melihat bahwa saat ini sebagian media cetak telah tergantikan oleh media online. Apa yang dimaksud “tergantikan” di sini adalah masyarakat cenderung lebih memilih media online sebagai sumber informasi pertamanya. Hal ini disebabkan oleh kecepatan media online dalam memberitakan sebuah berita. Selain itu, dibandingkan media cetak yang harus berla

Terhisap Jejaring Virtual

Hingga kini, media interaktif yang membuat saya terus merasa terkesan adalah internet. Kemunculannya tidak hanya mengubah dunia dan gaya hidup masyarakat. Internet juga menciptakan sistem dan konsep baru tentang budaya sosial. Bagaimana orang-orang berinteraksi dalam sebuah dunia berjejaring yang tidak memiliki batas antara ruang dan waktu adalah suatu hal yang menjadikannya unik. Mencatut apa yang pernah dikatakan oleh Marshall McLuhan, dunia akan berubah (dengan internet) laiknya desa kecil yang semua orang memiliki akses untuk “bertegur sapa”. Selain itu, dengan adanya internet, menjadi penyokong segala bentuk kecanggihan teknologi. Sekirarnya banyak sekali aplikasi yang kini diciptakan guna menunjang kebutuhan manusia.

Persiapan Indonesia dalam Menghadapi Tuntutan dan Persoalan Digitalisasi Penyiaran

Image
Oleh Lamia Putri Damayanti* via http://diskominfo.jabarprov.go.id Tuntutan perkembangan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat terhindarkan. Hampir semua aspek mengalami implikasi dari peradaban teknologi yang semakin canggih. Termasuk media penyiaran, teknologi yang berkembang  juga berimplikasi pada substansi dan instrumentasi media penyiaran. Perkembangan teknologi dalam bidang media penyiaran yang saat ini santer dibicarakan adalah proses digitalisasi, yaitu pemindahan dari sistem analog ke sistem digital. Dalam hal ini, melihat efektivitas program digitalisasi, bukan hal yang tidak mungkin jika media penyiaran di Indonesia menerapkannya. Apalagi saat ini, berbagai negara di belahan dunia telah turut serta dalam digitalisasi penyiaran. Semenjak ditetapkannya batas akhir TV analog secara internasional pada tahun 2015 oleh International Telecommunicatin Union (ITU ), negara-negara global telah beralih pada digitalisasi penyiaran. Telah tercatat 85% wila

Percakapan Bapak dan Ibuk

Image
                 http://www.macdonaldlaurier.ca Mulanya, dulu, aku memercayai kebersamaan. Aku percaya bahwa segala sesuatu halnya akan terasa sama sekalipun dunia telah berubah. Namun aku salah. Segalanya berubah dan aku tidak menyadarinya. Tidak ada lagi yang sama bahkan tentang diriku sendiri. Ternyata, semua itu hanya halusinasiku semata. Aku terlalu takut untuk melihat kenyataan bahwa segalnya tidak sama dan berubah-ubah.                 Pun juga tentang kebersamaan, kesendirian, dan kesepian. Padahal aku sudah merasakannya semenjak menginjak usia lima tahun. Aku pernah sesekali berpikir bahwa aku merasa sendiri. Tapi aku hanya berpikir bahwa kesendirian itu akan cepat-cepat ditebus dengan kehadiran-kehadiran. Walaupun hanya desiran angin yang hadir menemani kesunyian yang tiada berjeda. Aku berpikir bahwa aku tidak akan lama jika harus merasa sendiri dan sepi. Tetapi ternyata aku salah. Pada kenyataannya, sejak awal aku selalu sendiri.

Berkunjung ke Rumah Teman

Image
http://rnbdesigngroup.com Rasanya lucu juga memikirkan hal ini; berkunjung ke rumah teman. Kalau orang Jawa lebih akrab menyebutnya sowan. Dan tiba-tiba saja hari ini saya terpikirkan hal tersebut. Selain lucu, saya juga merasa ada hal-hal yang hilang dari tradisi ini. Rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumah teman untuk hal-hal yang sepele. Artinya saya tidak benar-benar berniat berkunjung karena hal khusus yang harus disampaikan. Misalnya saja seperti yang saya lakukan bulang kemarin. Saya berkunjung ke beberapa teman saya – yang kebetulan jarak rumahnya dengan rumah saya sampai belasan kilometer. Hal yang menyebabkan saya begitu menggebu-gebu ingin berkunjung adalah karena kami sudah lama tidak bertemu. Bahkan, dari salah seorang teman itu, saya hampir tidak bertemu dengannya sampai satu tahun. Karena merasa tidak sanggup menanti satu semester untuk meluangkan bertemu satu hari, saya nekat mencari alamat rumahnya dan bertandang ke sana – sendirian. Ent

Etika Komunikasi 1

Eksploitasi Identitas Korban Asusila sebagai Komoditas Pelanggaran privasi sangat sering dilakukan oleh media massa. Dalam hal ini, pemberitaan mengenai kasus-kasus pemerkosaan yang tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik yang berlaku. Kasus EM, seorang perempuan yang meninggal dibunuh setelah diperkosa adalah salah satu “korban” pelanggaran privasi yang dilakukan oleh berbagai media daring di Indonesia. Setelah menjadi korban di dunia nyata, dia juga harus menjadi korban bisnis media.                 Menurut UU No. 40 tahun 1999 mengenai Pers, telah dijelaskan bahwa wartawan dan mentaati kode etik jurnalistik.  Hal tersebut termaktub dengan sangat jelas dalam Pasal 7 ayat 2.  Namun, kenyataannya, banyak sekali pemberitaan berita mengenai tindakan asusila yang tidak melindungi korban dan privasinya.                 Korban pemerkosaan dan pembunuhan EM tidak mendapatkan perlindungan identitas dan dilanggar berbagai konten privasi yang dimilikinya. [1] Foto-foto EM tersebar

Teori Komunikasi dalam Tradisi Sosiokultural

1.       Communicator (Komunikator) -           Symbolic Interaction and Self as Social Object (Interaksi Simbol dan Diri dalam Objek Sosial)       Interaksi simbolik ( symbolic interaction ) adalah cara berpikir mengenai pikiran, diri sendiri, dan sosial yang berkontribusi besar dalam tradisi sosiokultural. Orang-orang berinteraksi dengan orang lain pada waktu tertentu dan membagi makna untuk tindakan tertentu yang dapat dilakukan. Interaksi itu dilakukan untuk memahami situasi pada saat tertentu. Sosial itu sendiri muncul dari kesinambungan percapakan antar indvidu.       Kata kunci : interaction, symbolic, mind, self, meanings, and actions -           The Presentational Self (Presentasi Diri)       Setiap situasi dipandang sebagai tingkatan dan orang-orang memikirkan bagaimana untuk menghadapi satu tingkatan dengan tingkatan yang lain. Tindakan digunakan untuk menampilkan kesan kepada orang lain ketika berinteraksi. Ketika seseorang berada pada situasi tertentu, ia ak