Posts

Showing posts from June, 2015

[Kolom] Sepetak Lahan Kriminalisasi

Image
via sekolahbersama.org Sarijo tidak menyangka jika dirinya dituduh sebagai provokator dalam keributan konsultasi publik pembangunan Bandara di Gunung Kidul.  Saat  melihat kemarahan warga yang ingin menerobos Balai Desa, ia langsung maju ke depan untuk menahan warga. Tindakannya saat itu hanya diniatkan untuk meredamkan amarah warga. Akan tetapi, suara riuh keributan terdengar di belakang barisan warga sehingga warga pun tetap terprovokasi menyegel Balai Desa. Sarijo yang tidak mengetahui apapun mengenai provokasi tersebut akhirnya digelandang oleh kepolisian. Ia dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap pasal 160 KUHP.                          Pelaporan Sarijo sendiri tidak jelas siapa yang melakukan. Pihak kepolisian berdalih tidak ingin mengungkapkan identitas pelapor semata-mata karena ingin melindungi saksi. Di satu sisi, tidak adanya kejelasan pelapor membawa persoalan baru. Kasus ini tidak hanya memperkeruh permasalahan pengalihan lahan untuk Bandara. Lebih dari itu,

[Cerpen] Takjil Setengah Enam

Image
Takjil Setengah Enam via kompasiana Lagi-lagi aku dan Jack mencari makanan gratisan di Masjid. Padahal sudah jelas, selama puasa sampai hari ke sembilan, aku dan dia tidak menunaikannya. Malas rasanya, buat apa capek-capek menahan lapar dan dahaga. Aku sudah bosan mendengarkan ceramah para Ustadz. Aku sudah tak peduli dengan amanat Tuhan yang satu itu. Ah, tidak cuma satu saja, tapi juga amanat yang lain, sudah kulupakan. Bahkan yang bukan amanatnya dan bahkan yang dilarang malah aku laksanakan dengan sukacita. Lagipula, apakah Dia memang ada? Kalau ada, mengapa Dia selalu bersembunyi? Tak pernah sekali pun menunjukkan rupa dan wujudnya. Aku tidak ingin menjadi orang-orang bodoh di luar sana yang mengagungkan-agungkan sesuatu yang tidak jelas keberadaannya di mana. Jika pun aku mengakui keberadaan-Nya, bagiku, dan bagi Jack pula, Dia-lah sumber semua kekacauan di muka bumi ini. Seperti biasa, aku dan Jack memakai baju koko yang agak panjang dengan sebuah peci putih. Tak

Berputar Bersama Bianglala

Image
Hari ini penghujung bulan Juni dan semua orang membicarakan Sapardi – juga puisinya tentang hujan di bulan Juni.   Hujan pun turun tepat di awal Bulan Juni. Sekarang masih bulan Juni – penyair sekaligus Sastrawan seperti Joko Pinurbo bahkan memberikan sebotol hujan untuk Sapardi. Hari ini bulan Juni – mendadak semua orang jadi penyair, dengan mengutip beberapa bait puisi karya Sapardi, suasana bulan ini jadi begitu mendayu-dayu. Hari ini bulan Juni – tetapi yang terngiang-ngiang dikepalaku bukan puisi Sapardi – sekalipun bait-baitnya berseliweran di mana-mana. Hari ini bulan Juni – dan aku pun terkenang tentang D. Zawawi Imron. Bukanlah dia yang mengatakan padaku bahwa ibunya berselendang bianglala? Bukanlah dia yang mengatakan padaku bahwa perempuan-perempuan itu memiliki saya serupa bianglala di punggungnya? Seperti juga ibuku, ibuku punya selendang yang lebar, dengan kepala-kepala bianglala terajut di atasnya. Aku duduk di atasnya bersama saudari-saudariku yang lain. Se

Sebaiknya Dibungkus

Image
via huffitongpost Jalanan di sebelah Fakultas Kehutanan selalu terlihat paradoks bagiku. Praduga kegelapan yang melilit di tempat itu selalu dihempaskan mentah-mentah oleh warung-warung makan kecil yang pendaran cahayanya selalu temaram.   Terlihat sepi namun sejatinya ramai dengan orang-orang yang keroncongan – sebagian lagi ramai dengan orang-orang yang mencari uang dengan berdendang. Malam itu, didesak oleh kosongnya perut dari tadi siang, aku menelusuri keparadoksan yang tiada batas sembari mengintai satu warung pedadang kaki lima ke warung lainnya. Aku memilih salah satu warung sop di ujung jalan – duduk di sana sendirian setelah memesan. Ini kali pertama di semester empat aku makan sendirian di sebuah warung. Jika aku makan sendiri, biasanya aku akan membungkusnya dan memakannya di kamar kos. Kali ini – tiba-tiba – aku ingin merasakan suasana yang berbeda. Aku ingin makan langsung di warung itu. Ya, walaupun sendiri. Tanpa, teman makan. Aku hanya malas kalau harus mencuc