Sebelum Menuju Angka 17



“Jangan jajah diri sendiri!”

                Indonesiaaa Merdekaaa!
Sebelumnya, Mountain Pirates mau mengucapkan; Dirgahayu Indonesiaaku. Semoga semakin jaya. Semoga pejabat pemerintah semakin merhatiin perut rakyat yang pada buncit karena busung lapar, dan bukannya merhatiin perutnya yang buncit karena kekenyangan, sampai-sampai kancing bajunya yang mahal itu mau lepas (?). Semoga masyarakatnya mau berubah menjadi masyarakat inisiatif yang cerdas dan jauh dari kata pemalas. Merdeka dari jeratan K-Pop dan Hollywood. Merdeka dari intimidasi terhadap budaya sendiri. Merdeka dari kebodohan! Merdeka dari kemiskinan! Merdeka dari kesusahan! Merdeka dari mafia! Merdeka dari narkoba! Merdeka dari tawuran! Merdeka dari perang agama! Dan merdeka dari koruptor! Aamiiin
                Sekali lagi, mari kita ucapkaaan. MERDEKAAAAAAAAAAAA!!!!
*I’m Just ON FIRE right now!*
                Nah, ini malam minggu kan? Bagus! Saatnya untuk turn on di sini dan mantengin postingan-postingan super, lebih super dari superman, dan lebih wonder daripada wondergirl.
                Berhubung lagi rame hashtag kemerdekaan Indonesia, yang jatuh pada tanggal 17 Agustus, aku juga mau cerita-cerita nih mengenai acara-acara tujuhbelas agustus jaman aku masih kecil dulu. Jaman aku masih imut-imut. Sekarang sih juga masih, tapi ketambahan sifat dewasa aja jadi imutnya memudar (?)
                Siapa sih yang nggak tau lomba mindahin kelereng pakai sendok yang bawanya pakai mulut? Siapa sih yang belum pernah ikutan lomba makan krupuk? Siapa yang belum pernah ikutan lomba makan mie?  Siapa yang belum pernah ikutan lomba masukin paku yang diiket tali ke botol? Siapa yang nggak tau lomba mindahin belut dari satu ember ke ember yang lain?  Lomba balap karung? Panjat pinang? Lomba sepeda lambat? Siapa juga yang belum pernah ikutan lomba estafet (makin ngawur). Pokoknya lomba-lomba tujuhbelas agustus deh? Atau yang paling umum, jalan santai buat ngerebutin doorprize berhadiah ricecooker atau blendeer yang saat itu jadi barang paling terpaporit?




                Hayooo siapa yang belum pernah? Kalau anak kelahiran yang sebaya sama saya (saya kelahiran tahun berapa ya?) pasti pernah ikutan. Rame! Menegangkan! Mengharukan! Penuh haru biru dan serba-serbi keceriaan lainnya.
                Tapi kalo anak jaman sekarang?
                Oh, men, rada mencemaskan sih sebenernya. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena dunia ini lama-lama semakin palsu! (Berubah jadi alay). Nggak, nggak, bukan palsu imitasi maksudnya. Hahahaha. Biasalah, malam minggu dan kesepian itu rasanya emang absurd banget (gaya bahasa ini ngikutin trend anak jaman sekarang).
                Nah, jadi gini, dulu pas saya masih kecil ada mas-mas dan mbak-mbak yang sangat baik hati mau meladeni kami, (?) anak-anak kecil yang kepengin merayakan hari tujuh belas agustusan. Pokoknya, momen tujuhbelas agustus itu momen paling ditunggu-tunggu. Momen yang bikin saya sama temen-temen jadi berambisi menang dan dapet hadiah buku tulis dan pensil.
                Lagian, nih, ya, dulu ada mas-mas yang cakep gitu, jadi saya keturutan mulu deh kepengin ikutan lomba tujuhbelas agustus. (kecil-kecil udah genit ya? Tauk ah!)
                Tapi, nih, semenjak mereka-mereka disibukkan oleh kehidupan baru mereka, yang sekolahlah, yang kerjalah, mereka mulai menghilang. Kami yang dulu masih kecil pun juga ikutan beranjak dewasa. Anak-anak kecil yang lain pun ikutan tumbuh.
                Intinya nih, ya, sekarang adalah masa regenerasi. Masa di mana tugas kami yang dulu dapet kesempatan ikutan lomba tujuhbelas agustus untuk bikin acara-acara seru buat anak-anak bibit unggul yang sekarang seumuran kami dulu. Harusnya, kamilah yang menegakkan acara-acara tujuh belas agustus menjadi lebih menegangkan dan penuh haru biru dan tahun-tahun sebelumnya. Harusnya, remaja jaman sekaran, sedang menyibukkan pidato tujuh belas agustus di RT-RT setempat.
                Tapi faktanya?
                Kami pun yang harusnya bikin acara tujuh belas agustus, menghilang. Sibuk main sendiri, nggak pernah bikin komunitas karang taruna, yang punya pacar sibuk pacaran, yang jomblo sibuk nulis status kejombloannya di facebook/twitter (nggak jelas banget ya?), yang kerjaannya belajar sibuk belajar sendiri-sendiri, pada tawuran sendiri-sendiri, pada punya dunia sendiri, semuanya mengejar pada hal-hal yang sama sekali nggak primer, bahkan masuk kategori tersier? Itu pun sama sekali enggak! pokoknya, secara keseluruhan, semua anak yang dulu menanti-nanti momen tujuhbelas agustus berubah menjadi orang-orang cuek tanpa rasa peduli sedikit pun. Sudah punya dunianya sendiri-sendiri. Sudah punya kesibukannya masing-masing. Padahal, mas-mas sama mbak-mbak yang dulu sibuk bikin acara tujuhbelas agustus udah nyempetin diri buat kami yang sekarang jadi manusia enggak tau diri.
                Saya juga mau cerita nih, tahun lalu, anak-anak kecil di kampung saya itu nonton acara tujuhbelas agustusan di kampung sebelah. Acara di sebelah jelas rame, ada panitia, ada pula peserta. Di situ anak-anak kecil yang ada di kampung saya jelas kepengin dengan apa yang mereka lihat. Mereka kepengin ikutan ngerasain acara tujuh belas agustus. Mereka beraniin daftar, tapi ditolak sama pantia kampung sebelah.
                Alasannya? Jelas! Mereka bukan anggota dari kampung sebelah. Jadi mereka nggak berhak ikutan lomba, apalagi menang.
                Di kampung saya, jujur aja, remajanya sangat apatis! Biasalah, anak muda jaman sekarang, mainnya di mall. Kalau enggak di mall ya di pinggir jalan. Dan saya? Karena pergaulan saya baik, saya kerjaannya belajar, karena temen yang lain ikut belajar. Dulu sempet ditawarin jadi panitia, saya sih kepengin, tapi temen yang seumuran saya itu lho, pada enggak mau gabung, punya dunia sendiri. Jadilah saya mengurungkan niat untuk bersatu padu menjadi panitia tujuh belas agustus. Takut terasingkan dan jadi pihak menyebalkan bagi anak-anak.
                Mau tau juga nggak sih, kenapa anak jaman sekarang lebih suka gadget? Lebih suka game online, lebih suka PC Laptop ketimbang main petak umpet? Faktor pertama memang karena jaman terlalu berubah, jaman sudah berkembang, dan berputar menjadi lebih baik. Tapi sebenernya, jaman mau berubah kayak gimana pun, kalau yang namanya budaya tetap dilestarikan juga nggak akan dengan mudahnya punah kan?
                Selanjutnya, apa yang bisa kita ambil kesimpulan dari semua ini? Buat remaja-remaja yang hidup dalam sebuah komunitas perumahan, camkan ini baik-baik ya, dan jangan lupa untuk melakukannya sebaik mungkin.
                Kenapa sih kejadiannya bisa kayak gitu? Karena nggak adap penyelenggara. Penyelenggaranya hilang entah kemana? Siapa pula penyelenggaranya? Penyelenggaranya itu remaja-remaja jaman sekarang yang udah mulai ‘rusak’, apatis, cuek sama lingkungan sekitar, mementingkan diri sendiri jauh di atas segalanya.
                Remaja jaman sekarang yang suka bawa gadget, bawa barang bermerek-merek, bawa barang-barang elektronik yang secara nggak langsung memberikan ‘contoh’ pada anak-anak unyu yang masih polos untuk mengikuti tren yang Cuma sekejap mata itu.
                Dan kalau di telusuri benang merah dari peristiwa ini, ada sesuatu yang sangat jelas kentara, sesuatu yang sebenarnya bisa dengan mudah dianalogikan.
                Persis banget sama perjuangan para pahlawan jaman dulu yang rela berkorban bahkan sampai mati demi memperebutkan kemerdekaan. Dan akhirnya anak cucu merekalah yang menikmati kemerdekaan itu. Tapi sayangnya, anak cucu mereka lalai dalam mempertahan dan menerukan perjuangannya membiarkan anak cucu dari anak cucu mereka (?) terlantar, tidak terurus dan menjadi masyarakat yang tak berbudaya.
                Miris ya?
                Iya! Miris!
                Lihat aja sekeliling kalian. Apa iya kita udah merdeka?
                Belum!
                Sama sekali belum!
                Coba lihat sekali lagi.
                Apa merah putih yang berkibar di sana tetap cerah ataukan telah memudar?
                Bangsa kita itu terlalu terlena, menganggap kemerdekaan jaman 45 sebagai sebuah buah, bukan bunga yang musti ditelateni sampai menghasilkan banyak buah. Bangsa kita itu terlalu manja, maunya dikasih tanpa usaha. Bangsa kita itu terlalu lemot, masyarakat dan pemerintah sama-sama nggak mau bergereka. Bergerak pun, pasti berbeda haluan.
                Dan beginilah, yang saya liat sekarang.
                Oke, mungkin, saya Cuma bisa cuap-cuap di blog. Tapi lain kali, saya bakal cuap-cuap tepat di depan muka kalian! *nantang*.
                Nggak-nggak, becanda. Hahahaha. Sayanya juga nggak berani kali.
                Tapi, emang mental kita itu mental ceriwis. Siapa paling ceriwis dialah yang paling menang. Tapi, banyak kok, orang-orang yang tergugah lewat kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Nah, makanya disini saya berpijak di depan PC komputer/laptop/gadget kalian untuk memahami apa itu arti kemerdekaan.
                Kemerdekaan untuk diteruskan bukan untuk sekedar dirayakan. Satu-satunya penghargaan terbesar untuk pahalawan-pahlawan kita yang telah gugur itu bukan lencana, atau pun uang berjeti-jeti tapi kesadaran kita untuk meneruskan setiap bentuk perjuangan.
                Buat para remaja yang masih aja begajulan, nongkrong dipinggir jalan, pacaran, maen sampai larut malam, minum, ngerokok, narkoba, tawuran dan hal-hal yang sangat sia-sia lainnya, mending cabut deh lo pada dari tindak penjajahan atas diri sendiri itu. Mending lo semua minggat dari perbuatan atas penindasan terhadap diri kalian sendiri.
                Mendingan, rayakan tujuh belas agustus dengan mengadakan acara yang bermanfaat untuk anak-anak kecil yang kepengin ngerasain gimana sih lomba tujuhbelas agustus itu? Jangan sampai, perjuangan para karang taruna/pahlawan yang telah memberikan kesempatan kepada kita dulu Cuma dinikmati oleh kita semata.
                Kita juga harus meneruskan segala bentuk perjuangan. Memerdekakan diri sendiri kepada jurang kebaikan dan aura positif.
                Mari tunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia bukan negara lemah, bukan negara yang hanya eksis pada masa-masa tertentu, tapi bangsa yang terus maju!
                MERDEKA ITU PASTI!


               
                Dirgahayu Indonesia, Selama malam mingguan, dengan pusaka merah putih tercinta.  Salam sayang, dari Mountain Pirates.
                -Indonesia itu terdiri dari bermacam-macam perbedaan, tapi sekali Indonesia ya tetep Indonesia, kamu golongan ningrat, dan aku lebih ningrat (?), sebenernya sama, aku agama x kamu agama y, kita tetep sama, aku dari suku a, kamu suku b, pun kita tetep sama, sama-sama merah putih!-

sumber gambar : internet, gambar-gambar yang saya posting saya posting dengan memasang url. (gambar/foto buka milik blog ini, saya cuma pinjam)  Terimakasih buat empunya gambar/foto. Semoga berkenan di publish di blog ini. Salam Merdekaaa!

Comments

Popular posts from this blog

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Kode Etik Profesi dalam Bidang Komunikasi