Jalan


via static.pexels.com



Proses hidup orang beda-beda bung, ada yang mulus, ada yang terjal, ada juga yang setengah-setengah. Tapi nggak melulu juga jalannya mulus, ataupun banyak kerikilnya. Yang pasti jalan hidup orang beda-beda proses hidup orang berbeda-beda. Mungkin beberapa punya tujuan yang sama, tapi sebagian, atau semuanya punya jalan yang beda-beda.

Apakah jalan merekal lurus aja, lempeng, nggak ada batu, nggak ada pager ataupun palang. Atau mungkin, ada yang musti nyebrang karena salah jalan, puter balik dan ngulangin perjalanan, banting setir agar nggak kena tabrakan.

Dan di jalan, banyak orang yang saling nyelip, istilah kasarnya ‘serobot jalan’. Tapi serius sebenernya nggak ada serobot jalan. Kita jalan sendiri-sendiri, sekali pun tujuan kita ‘mungkin’ sama. Tapi proses hidup – kembali lagi, beda-beda kan? Punya jalannya masing-masing. Kalau ada tabrakan, mungkin karena emang nggak saling menghargai hak masing-masing orang. Nggak melihat privasi orang lain. Dan kalau ada yang nyelip, itu emang kitanya yang gerak lamban, nggak mau usaha, males.

Mungkin ada yang lurus terus, ada juga yang belok. Kita nggak bisa nyalahin, mendakwa, mengintimidasi, dan mendoktrin ini itu mengenai seseorang secara keseluruhan. Sekali lagi, proses hidup itu beda-beda. Apa boleh kita menyalahkan atau membenarkan seseorang secara bulet? Utuh? Kita bukan hakim. Kita nggak pernah tau kenapa orang itu belok jalan, puter balik, nyebrang ke sisi jalan yang lain, harus banting setir, ngerem mendadak. Kita nggak pernah tau alasan mereka, kan? Hati orang siapa tau? Hak mereka juga kalo emang berada di jalan yang salah berusaha mengembalikan diri ke jalan yang bener.

Apa nggak kedengaran jahat kalo kita maksa dia untuk terus di jalan yang salah, atau mungkin melarang dia untuk menjadi jati dirinya yang sebenarnya. Apa bisa kita dibilang orang baik kalo kita berani dengan sepenuh hati melarang orang lain berada di jalan yang tepat. Atau seenggaknya, pernahkah kita bercermin sambil benerin kancing baju terus koreksi diri sambil, “Sudah rapikah aku?”

Serius, bener-bener serius. Hidup yang kita jalani sepenuhnya ada pada keputusan kita. Bukan keputusan orang lain, kemenangan mereka, atau pun kegagalan mereka. Serius, ini bener-bener serius, jalan hidup orang itu beda-beda. Fokuslah dengan jalan yang kita miliki. Kalau emang ada orang-orang yang lagi susah di jalannya, kita salah banget ngasih klakson, ngasih intimidasi. Bisa kok, berhenti sebentar, ngasih bantuan. Nggak perlu ngasih klakson ataupun lewat di depan dia sambil ngeludah atau apapun itu dengan bentuk pengintimidasian.

Rejeki orang juga beda-beda. Mungkin sebagin dari kita, kadang iri, kesel, sebel, jengkel, orang yang kayanya nggak pernah usaha tiba-tiba udah mapan duluan. Lha kan ‘kayanya’? Kita nggak tau kan yang sebenarnya.

Serius, ini bener-bener serius. Percaya deh, Allah itu sudah menetapkan rejeki kita masing-masing, jauh sebelum kita lahir, jauh sebelum kita memimpikan rejeki itu. Serius. Jalan yang kita tempuh buat menjemput rejeki Allah pun beda-beda. Ada yang prosesnya sekejap ada pula yang lama. Asal caranya bener, nggak korupsi, nggak mencuri, nggak merampok, dan secara keseluruhan kita jujur maka kita nggak akan bisa kena label ‘serobot jalan’ orang.

Jalan orang beda-beda, proses hidup orang beda-beda. Rejeki kita udah ditetepkan udah disiapkan sama Allah. Ngapain musti fokus sama orang lain. Fokus sama diri sendiri. Dan percayalah, kalau secara keseluruhan kita emang jujur, kita bukan orang-orang penyerobot.

Problem?

Comments

Popular posts from this blog

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Berkunjung ke Rumah Teman

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan