Posts

Showing posts from January, 2017

Johana

Muka gadis itu bulat dengan poni rata menutupi dahinya. Rambutnya lurus, hitam, dan dipotong sebahu. Meski matanya sipit, manik matanya kelihatan bulat dan bercahaya. Gadis cilik itu memang keturunan Cina. Tetangga – baru yang belakangan ini aku kenal. Usianya sembilan tahun dan mencintai skuternya. Dia sering berlalu lalang di depan rumah dengan skuternya. Setiap aku panggil, dia cuman tersenyum dan tetap asyik mengendarai skuter kesayangannya. Aku biasa memanggilnya Jo. Nama panjangnya Johana. Pertama kali berkenalan, aku pikir gadis cilik itu akan sangat pendiam. Tapi ternyata tidak, ia mirip ibunya – yang suka sekali menceritakan banyak hal. Sama seperti ketika kami duduk berdua sembari menikmati malam yang dingin karena hujan turun dengan sangat deras. Aku hanya bertanya, “Jo… Johana… Kalau kakak manggil Johana kok kepanjangan ya. Teman-teman kamu biasanya manggil apa?” Sebelum menjawab – Jo selalu tersenyum lucu sembari memperlihatkan lesung pipinya. Matanya ikut terseny

Orang Kafir itu (Tidak) Jahat

Hendaknya kita perlu berefleksi – kembali pada titah bahasa mengenai kafir itu sendiri. Sadar atau tidak, kita terjebak pada stigma bahwa istilah “kafir” adalah makna umpatan. Persis seperti kata bangsat yang akhir-akhir lebih banyak berseliweran di lini masa sosial media daripada di udara. Padahal, kafir adalah kafir. Ia menejermahkan orang-orang yang tidak mengamini Allah SWT dan Nabi Muhammad. Jadi, sebetulnya, tidak salah jika saya mengatakan bahwa orang budha dan hindu itu kafir. Sebab mereka tidak mengimani Allah dan juga Kanjeng Nabi. Namun, kita selalu menganggap bahwa kafir adalah kata yang begitu kasar. Padahal kafir adalah istilah dari sebuah agama yang tujuannya sama sekali tidak untuk menyudutkan apalagi menghina mereka yang tidak mengimani Allah. Perwujudan artikulasi mengenai kafir adalah untuk membedakan mana kelompok yang Islam dan mana yang tidak mengimani Allah SWT. Beriman dalam Islam adalah sebuah proses dan perwujudan yang panjang. Kita tidak bisa seenaknya

Mengambil Jarak dari Keramaian

Image
  sumber : link Waktu itu baru menuju tengah malam ketika mobil terus bergerak menuju utara Bali setelah sebelumnya menjemput kami di pelabuhan Gilimanuk. Suasana pelabuhan Gilimanuk tadi begitu Hanya ada beberapa penjaga dan pedagang asongan yang nyaris tertidur karena tak juga kedapatan pelanggan. Suasana begitu gelap – seperti malam-malam biasanya. Bukankah malam memang tak pernah tidak gelap? Malam selalu begini, tidak pernah berubah sekalipun. Meski begitu, tetap banyak yang mencintainya. Mencintai sesuatu yang konstanta: sebuah ketetapan. Aku bisa merasakan jalanan Bali yang lebih manusiawi dibandingkan jalan provinsi antara Magelang dan Yogyakarta. Semua itu menyebabkan kantukku bertambah. Sesekali, untuk menghilangkan rasa kantuk yang sebetulnya sudah aku tebus di atas kapal, aku melihat kanan dan kiri jalan yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar yang menjulang tinggi. Kata seorang pria yang menjemput kami di pelabuhan tadi, tempat yang tengah kami lewati ini ada

Pemanfaatan Big Data dalam Jurnalisme

Lamia Putri Damayanti [1] Saat ini, kita telah memasuki era big data – era di mana setiap harinya data diproduksi secara terus-menerus melalui berbagai macam situs web dan media sosial. Menurut Kevin P. Murphy, Research Scientist Google, saat ini terdapat satu triliun situs web di internet yang setiap harinya terus mengunggah berbagai macam informasi baik berbentuk teks, foto, video, dan lain sebagainya. Internet sebagai pemicu munculnya big data ini diduga telah menghasilkan 90% data. Jumlah data tersebut sangatlah besar dan diramalkan tidak akan berhenti selama pengguna internet terus mengunggah dan mengunduh data melalui sistem jaringan nirkabel tersebut. Dikutip dari Forbes, data tersebut akan tumbuh lebih cepat dari sebelumnya dan pada tahun 2020, sekitar 1,7 megabyte informasi baru akan dibuat setiap detik untuk setiap manusia di planet ini. Jumlah data yang sangat besar di mana manusia membutuhkan teknologi yang canggih untuk membacanya. Big data sendiri di