Posts

Showing posts from January, 2016

Meluruskan Niat

Ada banyak hal yang mengganjal dalam pikiranku selama ini; tentang semua hal yang aku kerjakan. Tentang hal-hal yang belum juga tuntas. Semua hal itu bertumpu menjadi satu dan membuatku kebingungan. Aku pun segera menyadari apa yang salah. Terkadang, aku tidak benar-benar melakukan suatu hal karena hati nurani, karena ketulusan, tentang keikhlasan. Ternyata, ada hal-hal lain yang selama ini kupuja. Yang selama ini menjadi tujuan yang begitu  semu. Aku sadar bahwa niatku tidak begitu baik. Aku terjerat pada niat yang salah. Aku terjebak pada niat yang tidak benar. Aku tersesat. Benar-benar sesat. Ada satu hal yang bisa membuatku melakukan berbagai hal dengan lebih enteng. Dengan lebih ringan. Dan seberat apapun aku akan tetap tersenyum. Dan segagal apapun aku akan tetap bangkit. Dan sebanyak apapun yang harus kukerjakan, semua itu akan selesai. Aku tahu aku harus segera melakukannya. Aku harus kembali meluruskan niat. Niat yang baik. Niat yang utuh. Sebaik-baik niat. Sebentar-benarny

Teman Dekat

Image
via http://www.khalsacounselingvirginia.com/ “Ibuk punya teman dekat?” tanyaku tiba-tiba ketika kami berdua sedang makan malam. Ibu masih hikmat mengunyah. Sedangkan aku sendiri tidak mengerti kenapa pertanyaan seperti itu tiba-tiba terlontar. Mungkin aku hanya berusaha mengenali Ibu setelah selama duapuluh tahun lebih Ibu mengenalku dengan baik tetapi tidak dengan sebaliknya. Aku jadi penasaran dengan teman-teman dekat Ibu. Tetapi, aku juga menyadari bahwa pertanyaan ini keluar begitu saja  karena akhir-akhir ini aku merasa tidak terlalu membutuhkan teman dekat. Bisa dikatakan juga, aku sedang kehilangan teman-teman dekatku. Entah karena ruang, jarak, waktu, dan berbagai hal lainnya. Aku merasa bahwa “teman” menjadi sesuatu hal yang semu.

Dalam Perjalanan

Image
via http://10-themes.com Dalam perjalanan lusa kemarin, aku memikirkan banyak hal. Aku berkendara di jalan tetapi pikiranku juga menjelajah ke tempat-tempat lain. Ada banyak sekali yang aku pikirkan. Salah satunya adalah rencana-rencana selepas kuliah. Maklum saja, tahun ini, dengan sangat percaya diri, aku mendeklarasikan bahwa tahun ini adalah tahun terakhirku kuliah. Yap, semoga saja. Aku tidak ingin terlalu lama kuliah dan menghabiskan banyak uang hanya untuk menyetor besaran nominal yang selalu mencengangkan teller bank . Aku ingin sekali cepat lulus – tetapi aku sendiri masih bingung tentang rencana sehabis kuliah. Semestinya ada banyak hal yang bisa aku lakukan. Tetapi, aku berusaha mencari satu tujuan dan benar-benar fokus di dalamnya. Aku sendiri – tiap kali ditanya mau kemana setelah kuliah hanya bisa cengengas-cengeges tidak jelas. Entahlah, aku muak dengan kampus tetapi kadang aku menyadari bahwa dunia kampus adalah dunia-yang-enak bagi orang sepertiku. Aku tidak

Kode Etik Profesi dalam Bidang Komunikasi

  Dalam kehidupan sosial, tentu dibutuhkan suatu aturan tertentu, baik tertulis maupun tidak tertulis yang menjadi acuan dalam sistem tatanan masyarakat. Acuan tersebut berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat agar tercipta situasi yang kondusif. Selain itu, aturan-aturan tersebut diperuntukkan menjaga perilaku dan moral masyarakat agar saling menghormati satu sama lain. Adapun acuan tersebut berupa etika dan hukum. Dalam hal ini, pembahasan mengenai etika adalah sesuatu hal yang penting. Sebab, etika berkaitan langsung dengan moralitas. Sementara itu, Indonesia kini sedang mengalami krisis sekaligus cacat mental. Berbicara mengenai etika adalah menyoal segala sesuatu yang pantas maupun tidak pantas.

Masa Depan Jurnalisme dalam Kekuasaan Digital

Image
Pada era digital seperti sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi media cetak perlahan mulai digeser oleh media daring. Bahkan, seperti yang dikatakan oleh Bre Redana bahwa media cetak saat ini telah menuju senjakala. Ibarat sebuah kapal yang  mengarungi samudra, telah tiba saatnya untuk berlabuh menuju dermaga terakhir. Pada saat itulah, era media cetak akan segera berakhir karena tergilas teknologi yang jauh lebih mumpuni. Satu per satu media cetak berguguran, mulai dari Harian Bola sampai Sinar Harapan. Persoalan yang dihadapi media cetak ini tidak lain karena pendanaan cetak.

Ibuk,

Ibuk, Siang itu aku pulang dengan wajah merah dan mata sembab. Aku berlari menuju rumah sembari menyeka hidung dan wajah. Sesampainya di rumah aku langsung menerjang Ibu dan bercerita kepadanya bahwa seorang teman – anak tetangga sebelah mengejekku pongkreng. Pongkreng adalah sebutan atau julukan untuk anak-anak yang berbadan kurus. Temanku itu mendapat istilah dari ibunya. Ibunyalah yang menyarakan ejekan itu kepada temanku. Beberapa waktu yang lalu kami memang bermain bersama. Seperti biasa, dia bermain curang dan senang merebut mainan-mainan milikku. Aku kesal dan memarahinya. Aku juga mencoba merebut kembali mainanku. Tetapi dengan berderai-derai air mata ia pulang ke rumah dan mengadu pada Ibunya. Dua hari kemudian kami bermain seperti biasa. Dia curang lagi dan membuatku kesal. Kemudian dia tiba-tiba mengejekku. “ Dasar bocah pongkreng! Jarene Ibukku, kowe pongkreng ,” semua teman disitu jadi ikut-ikutan mengejekku Pongkreng karena tubuhku memang kecil dan kurus. Tidak

Ibu dan Rambut Kepang

Image
Lukisan Pribadi @copyright Lamia Setiap pulang, Ibu selalu gemas melihat rambut panjangku yang tidak teratur dan bahkan mendekati gimbal. Semenjak mengenakan kerudung aku memang jadi jarang mengurus rambut.  Apalagi sekarang rambutku kubiarkan panjang sampai ke pinggang. Sekalipun panjang, hal itu sama sekali tidak membuatku termotivasi untuk merawatnya dengan baik. Dibandingkan saudaraku yang lain, rambutkulah yang paling panjang. Dan, tentu saja, rambut mereka jauh lebih terawat.

Antitesis Feodalisme

Image
via http://thecripplegate.com Sewaktu masih kanak-kanak – entah mengapa saya tidak pernah bisa menyukai film dongeng-dongeng kerajaan yang bercerita tentang Raja, Ratu, Putri, Pangeran, dan kisah-kisah sejelmaan lainnya. Mungkin waktu itu saya masih duduk di taman kanak-kanak atau sekolah dasar, tetapi setiap kali disodori film dongeng kerajaan; saya menolak menonton. Terkadang, jika terpaksa, saya akan lebih banyak melakukan kegiatan lain daripada terpana menontonnya. Saya tidak tahu, mengapa saya begitu tak menyukai cerita fairy tale . Dibandingkan teman perempuan saya yang lainnya, mereka begitu menggemari cerita tentang kehidupan princess yang perfect dan selalu protagonis.

Perubahan Tatanan Sosial dalam Hunian Vertikal

Image
via http://www.pakuwonindah.com Salah satu solusi kepadatan penduduk yang saat ini dicanangkan oleh Pemerintah DIY adalah hunian vertikal. Ruang yang semakin padat dan sesak tidak memungkinkan lagi untuk membangun rumah-rumah baru dengan pola vertikal. Oleh sebab itu, untuk menghemat ruang yang semakin sempit, pembangunan hunian vertikal dianggap menjadi solusi. Dalam hal ini, terdapat dua jenis hunian vertikal yang tengah marak dibangun di Yogyakarta, yaitu rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan apartemen. Kedua bangunan ini sama-sama hunian vertikal tetapi diperuntukkan untuk kelas yang berbeda. Rusunawa diperuntukkan bagi orang-orang kelas menengah ke bawah. Sedangkan apartemen diperuntukkan bagi mereka yang berada di kelas-kelas elite. Perubahan pola pemukiman yang mulanya vertikal menjadi horisonal tentu mempengaruhi budaya masyarakat. Di Yogyakarta sendiri, masyarakatnya kental dengan budaya srawung (bertegur sapa). Ruang-ruang yang terpisah dan bersekat ini mengu

Mengembangkan Layar Kapal

Image
via http://www.1zoom.net Ada kapal pesiar besar yang lajunya tetap mengandalkan layar yang terkembang. Bersamaan dengan desau angin yang selalu meracau, kapal pesiar itu hendak mengelilingi seluruh samudra. Pada semua dermaga, ia akan berkunjung – menelusuri jalan-jalan setapak dan mendaki gunung-gunung yang curam dan landai. Sudah saatnya, kapal itu mengembangkan layar kemudian mengarungi samudra dan berkunjung ke banyak dermaga; melabuhkan cerita.

Creation of Rape Culture through Mass Media

Image
via http://www.christophercantwell.com                 Cases of rape becoming increasingly prevalent in Indonesia. Saur Tumiur, Commissioner of the National Commission of Women ( Komnas Perempuan ) said the country is in a state of emergency violence against women. Because the number of violence against women continues to increase from year to year. According to her, this phenomenon is very emergency to be anticipated. [1] Based on data of Komnas Perempuan in 2014, showed the number of violence against women as many as 293,220 cases. This number increased compared to the year 2013 as many as 279,688 cases.