Kanca (Teman)








“Dan ternyata, nilai teman itu nggak cuma sekedar berapa lama kamu kenal dia atau seberapa sering kamu bertemu dengannya. Tapi, seberapa dalam kamu memahami teman dan arti pertemanan di dalamnya,”

(Lamia Putri Damayanti)




Pernah nggak sih, sebelumnya, kalian merasa begitu deket sama seseorang (temen), tapi, tiba-tiba temen itu kandas entah kemana. Hilang bak ditelan bumi. Nggak pernah kasih kabar, ketemu jarang,  kalau ketemu senyum pun enggak. 

And that’s why… ini yang mountain pirates mau bahas di sini. Tentang persahabatan atau mungkin biar nggak kegeeran atau memandang berlebihan, bisa disebut pertemanan yang tersendat di tengah jalan. Yang nggak ada lagi kecocokan yang menyebabkan pergesekan itu kentara *lha? Ini kok malah kaya curhat orang jomblo?

Teman itu mutlak punya, bung. Wajib! Lha Rasulullah aja punya 4 sahabat yang beliau sayang kok. Masak kita nggak, sih? Nggak enak, bray nggak punya temen. Kalau seneng masak seneng sendirian, kalau sedih, masak sedih sendirian.

Pada hakikatnya, orang yang menyedihkan dan perlu dikasihani bukan orang yang selalu berada dalam kesusahan dan cobaan. Tapi, orang yang nggak bisa berbagi suka dan dukanya. Seneng ya, seneng sendirian. Sedih, ya, sedih sendirian. Mau cerita ke siapa coba? Lebih enak kan kalau kita seneng, yang lain juga ikut seneng. (Tapi kalau sedih, yang lain ikut sedih agak ambigu, juga). Atau malah celakanya, orang yang seneng waktu lihat orang lain sedih. Atau orang yang sedih waktu orang lain seneng. Nah, tambah celaka nggak tuh?

Dan, kita, hidup, di dunia ini emang lahir dan mati sendiri. Menghadap Tuhan juga sendirian. Tapi, yang namanya proses kehidupan itu, kita nggak mungkin juga sendirian. Di sini ada yang kepengen sendirian. Emang enak sendirian melulu?

Emang sih, kita sendiri juga nggak bakal melulu ditemani. Ada waktunya kita butuh sendiri.

Tapi yang jelas nih, ya, teman adalah anugerah paling tak bernilai kedua setelah keluarga yang kita punya. Sadar atau enggak? Harus sadar, dong. Makanya sayangi temen-temen kalian.

Pengen sedikit cerita juga, nih, berkaitan dengan opening di atas… Pernah nggak deket banget sama seorang temen dan kemana-mana berdua selama selang beberapa tahun, namun ternyata tahun berikutnya. Semuanya kandas diterpa angin *Gila nih, gue…

Entah doi lagi sibuk, banyak urusan, punya masalah yang emang nggak mungkin dibagi ke orang lain,  ataukah menemukan teman lain yang jauh lebih deket. Nggak tau deh, semua alesan bisa masuk. Semoga firasat baik kita yang datang duluan lah…

Well, hampir semua pernah ngalamin. Dan orang-orang yang ngalamin ‘kehilangan’ temen itu ada yang beruntung ada pula yang enggak. Maksudnya di sini, beruntung karena tahu alasan jelas kenapa si temen menghilang atau pun nggak beruntung karena temen itu pergi tanpa sebab musabab yang jelas.

Dan, nggak dari semua orang yang ‘kehilangan’ temen itu mampu move on. Mengingat kebiasaan dan keseharian seperti biasanya yang pasti bikin kita kangen dan pengen banget kembali ke masa-masa itu. Beruntung kalau kitanya dikangenin, kalau yang sono kagak?

Waduh, perih nih… hehehehe

Nah, saya juga pernah kok ‘kehilangan’ temen. Apalagi masih sering ketemu, tapi si doi kaya pura-pura nggak ngelihat. Waduh! Ini sayanya yang hipersensitif kali, yak? Nggak tau juga, kadang perasaan juga bisa salah kan? Saya juga Cuma bisa menerka. Karena saya pun nggak berani tanya langsung sama doi. Jelasnya, nih, ya, kita berdua ibarat langit dan bumi.

Yah, sayang banget… padahal di laut kita bisa bertatap muka.

Temen itu bisa mengajari apa yang kita ngga bisa. Keberanian, ketahanan, kemuliaan, perjuangan. Kadang, kita nggak pernah sadar temen-temen yang sering kita jadiin bahan lelucon, bully dan semacamnya itu ternyata bisa jadi suri tauladan yang baik ketimbang temen lain.

Tapi, yah… walaupun di seluruh pelosok dunia berkoar-koar kalau persahabatan itu jauh lebih abadi. Tapi kadang kita juga musti sadar, kalau temen kita juga mulai jenuh, bosan, dan mungkin nggak ada respek lagi ke kita. Entah, deh, alesannya apaan… tapi mereka pasti punya alesan yang kuat, kok. Although, that was hurting us…

Dan, kita juga jangan cemburu kalau dia udah mulai maen sama orang lain, pergi sama orang lain, lebih milih curhat ke temen barunya ketimbang temen lamanya. *Berasa curhat banget!
Mereka punya hak, kok. Mereka mungkin udah menemukan temen yang lebih dari kita. Yang lebih pengertian, lebih asik diajak main, lebih asik diajak curhat, lebih asik dari segalanya, deh pokoknya….

Kita emang nggak bisa ngelarang. Nggak bakal bisa. Karena mereka punya hak, hak untuk berteman sama siapa aja dan untuk ‘menjauhi’ siapa aja.

Berdoa saja yang terbaik untuk teman-teman kita, mereka pasti punya alesan kok. Doakan yang terbaik. Karena gimana pun, mereka pernah jadi teman kita. Mereka pernah mengisi hari-hari kita. Pernah banget bikin ketawa dan berbagi suka dan duka bersama.
And that’s why…  Teman itu ada di mana-mana kok 
*Duh, ini kok jadi sedih…

Dan yang jelas, kayaknya penggunaan sapaan mereka dan kita itu nggak bener banget. Lebih pantes aku dan dia. Biarin deh, hehehe.

Karena teman yang baik itu pasti bisa memahami kita. Karena teman yang setia itu pasti nggak bakal menjauhi kita, apapun yang terjadi kepada kita. Karena dia selalu ada, penyokong kedua. Pemberi semangat kedua, yang bisa bikin bangkit lagi.

Seperti kata Patrick, teman itu kekuatan.

Jadi sayangi temenmu baik-baik, kalau kamu yang menghilang dari mereka, jangan sampai deh. Kita nggak pernah tahu kan seberapa pentingnya kita buat mereka, temen-temen kita itu. Temen itu, pokoknya berharga banget.

Dan untuk si dia, semoga kamu inget aku lagi, ya. 

Sekarang, aku nggak tau kamu lagi ngapain. Apakah masih kaya dulu. Dan sekarang, aku nggak tau problematikamu. Aku nggak tau apakah kamu lagi santai atau lagi sibuk. Tapi yang jelas, aku di sini memberikan harapan yang besar buatmu.

Salam manis dariku. Semoga kamu baik-baik saja. Aku doakan yang terbaik untukmu. Kalau kita bener-bener udah nggak sejalan, dan kamu udah dapet temen sesuai hati kamu, tetep jangan lupain aku ya. Semoga kamu tetep berada di lindungan-Nya. Semoga apa yang kamu impikan tercapai.  Aku di sini, tetep mendukungku. Bakal tetep jadi temen kamu, apapun yang terjadi. Doaku selalu menyertai langkahmu. Semoga kamu selalu mendapatg firasat yang baik. Dan yang terakhir, tentang arti yang paling banget dari teman; kalau kamu bahagia aku juga tentu ikut bahagia. Kalau kamu sedih, aku juga ikut sedih. Walaupun mungkin kita nggak bisa berbagi langsung dan aku nggak bisa menghibur kamu lagi, seperti dulu. Jelasnya, kamu tetep sahabatku, apapun yang terjadi.
Makasih. Makasih buat semua kenangan indah itu, ya temen. Aku nggak akan lupa.
Sekali lagi, makasih.

Mountain Pirates, sedang menggalau setelah wisata kuliner di dekat lampu merah. Galau tapi sambil kekenyangan itu efeknya emang nggak pernah bisa ketebak.




sumber gambar
1. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRjOadnHIwxhqOmrTjSuKm00BvUq_JRds8au8ZkEv8yKRKH7rUbXdtE5804MaWvALkPz2x0r4cSVyXbBVF3GTqnHo3zOckMXG7DiHamXzkmvDPkpAQ0R0ZJZZRddYTuYFfW650FRWaVAs/s1600/friendship-31a.jpg
2. http://dianeaninditya.files.wordpress.com/2012/12/persahabatan.jpg?w=500
3.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRiLEjLZOEQ_rJRcCAc-U8Jva1bXQBcGDUhy2btK4ht282j1GJK7SjG4P7f1cL-cNQOncQH9kE2KGqUj2u0xKPRIRVJ3ibB9Tf97Dhi9Sk_rZMK8A_mMQWXLBS8OZ_f8yqnAyNbyzanhw/s1600/Friendship+Gift.jpg

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Berkunjung ke Rumah Teman

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan