I Don't Understand, But, I Believe


“Aku tidak mengerti…”
“Kau tidak perlu mengerti. Kau hanya perlu percaya,”

“Aku… Percaya,”  Dan ketika mengatakan ini, semuanya berubah menjadi jauh lebih nyata.
(Sebuah kutipan film animasi Tinkerbell )


***



Sebenarnya pencitraan kita terhadap Tuhan, mungkin sesederhana ini, mirip dengan kutipan cerita-cerita dongeng. Sungguh, hanya fiktif belaka. Tidak ada yang bisa kita mengerti, tidak yang bisa kita pahami secara ilmiah mengapa hal-hal tidak masuk akal bisa terjadi. Mengapa di cerita dongeng ada peri, ada kurcaci dan ada makhluk-makhluk lain selain manusia yang tidak akan bisa diteliti secara ilmiah. Tidak akan pernah bisa masuk di akal. Tapi, di cerita dongeng itu, mereka ada. Namun terkadang, bersembunyi. Tidak menampakkan diri di hadapan manusia.

Mengapa bisa?
Dan, bagaimana bisa?

Namun begitulah, di dunia dongeng, semuanya terjad begitu saja. Ucapkan satu mantra, dan terjadilah yang mereka suka. Dan mungkin, seperti itulah seharusnya pemahaman kita terhadap Tuhan.

Bukannya mau menyamaratakan kebesaran Tuhan. Tapi hanya menganalogikan pencitraan keyakian seseorang pada cerita dongeng terhadap Tuhan. Kita tidak perlu mengerti, kita hanya perlu percaya.

Benar, kita tidak akan pernah tahu, tidak akan pernah paham, tidak akan pernah mengerti mengapa Tuhan bisa ada sebelum kita dan memiliki kekuatan sebegitu dahsyatnya menciptakan dunia ini. Mengapa Tuhan bisa menciptakan dunia yang rumit ini dengan kekuatan-Nya. Darimana Tuhan datang? Siapakah Tuhan? Di manakah Tuhan? Berasal darimanakah Tuhan?

Tidak ada satupun teori sains ataupun ilmu pengetahuan yang lain yang dapat menjangkau teori ketuhanan. Karena hal itu, tidak mungkin bisa kita ketahui. Tidak mungkin pula bisa kita pahami.

Maka, kita tidak perlu mengerti, kita hanya perlu percaya, ucapkan doa, dan terus percaya. Maka semuanya akan menjadi baik-baik saja.

***

Untuk sebagian orang beragama dan beriman mungkin akan menyetujui pendapat ini, karena kita memang tidak akan pernah mengerti akan teori Ketuhanan. Tapi untuk sebagian orang yang berusaha mengerti dan tidak bisa percaya begitu saja, mungkin beda lagi, beda pendapat lagi, beda perkataan lagi.

Tapi, kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Saya tidak memaksa siapapun untuk mempercayai keberadaan Tuhan. Dan karena agama saya Islam, saya tidak memaksa siapapun untuk taat kepada Allah. Saya hanya menyampaikan pendapat saya mengenai teori Ketuhanan yang tidak akan pernah bisa dipecahkan oleh satu pun ilmu pengetahuan.

Orang paling cerdas di dunia pun, tak akan pernah sanggup menyeleseikan penelitian tentang Ketuhanan. Karena hal itu tidak akan pernah sampai, tidak akan pernah terjangkau. Mungkin kadang, memang tidak masuk akal, sulit untuk dimengerti, sulit sekali untuk dipahami. Tapi kemudian, faktanya, banyak yang sama sekali tidak mengerti tetap percaya akan keberadaan Tuhan.

Dan biasanya, orang-orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan adalah orang-orang pemikir, yang sebenarnya menjadi orang yang paling penasaran dan selalu ingin tahu tentang Tuhan. Tapi sayangnya, kecerdasan seseorang tidak akan mampu mengerti Tuhan hanya dengan logika.

Karena kita tidak melihat, kita juga tidak mendengar. Tapi, kita merasakan, bahwa Tuhan jauh lebih dekat dari urat nadi kita. Bukan dengan logika untuk mengerti Tuhan, tapi dengan hati dan perasaan.

Dan mungkin, kutipan dialog dalam animasi Tinkerbell itu ibarat bentuk pencitraan terhadap Tuhan.  Kita tidak perlu mengerti, kita hanya perlu percaya. Di sekeliling kita, semua terjadi begitu sempurna karena ciptaan Tuhan.  Secara logis, kita mungkin selalu bertanya-tanya; mengapa terjadi ini dan itu? Mengapa bisa? Dan siapakah wahai kekuatan yang menyempurnakan apa-apa yang ada di bumi?

Beberapa orang pemikir menjawabnya secara ilmiah, teori gas, teori kimia, dan teori-teori lainnya yang tumpang tindih – yang katanya saling menyempurnakan setiap teori.  Namun, pada hakikatnya, Tuhan tetap tidak bisa dipecahkan oleh trigonometri ataupun hukum fisika.

Tapi hal ini, kembali lagi ke pribadi masing-masing, sebelum terjadi perdebatan yang signifikan, saya ingin menyampaikan bahwa inilah pendapat saya yang beberapa orang mungkin menganggapnya dangkal dan sama sekali tidak ilmiah.

Tapi bukankah perbedaan itu selalu ada walau hanya satu mili di dekat kita? Saya mungkin orang Jawa, dan anda bukan, itu tidak mengubah takdir kita. Saya beragama Islam, dan anda seorang non muslim, hal tersebut juga tidak mengubah apapun mengenai garis hidup kita.

Kita tetap kita. Walaupun perbedaan betebaran di mana-mana. Dan anda tahu? Bahkan perbedaanlah yang membuat saya menjadi diri saya dan anda menjadi diri anda sendiri. 

Maka, hargailah perbedaan.

Anda ingin mengerti dengan logika, silahkan. Tapi saya sudah terlanjur mengerti dengan kepercayaan. Saya terlanjur percaya, dan saya terikat akan hal itu.

Mudahnya, saya tidak akan pernah ada jika Tuhan saya, Allah SWT tidak ada. Namun, faktanya, saya ada, dan menulis di blog ini. Dan itu berarti; Allah memang ada.

Tapi lagi-lagi, kembali kepada pribadi masing-masing. Saya hanya berpendapat, dan ambil positifnya saja. Kalo enggak ada positifnya?

Abaikan juga nggak apa-apa deh :” *kok aku tiba-tiba jadi menyimpang gini cara nulisnya?* --a
hahahaha, sudahlah.




Saya memang tidak mengerti, karena saya tidak bisa mengerti. Tapi saya tetap percaya, dan hati saya selalu baik-baik saja.

Postingan selanjutnya, saya kepengin cerita alasan saya percaya sama Allah.
Bye semuaaaa! :*


Mountain Pirates.

Comments

Popular posts from this blog

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Berkunjung ke Rumah Teman

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan