Yang Lebih Mulia dari Kebenaran


Kearifan dan kebijaksanaan Abu Sofyan sudah sangat dikenal sebelum masuk Islam. Jalan pikirannya jernih, dan ckup berwibawa di tengah kaumnya.
Bahkan, dalam penaklukan kota Makkah, Rasulullah memberi jaminan keamanan kepada mereka yang berindung di rumah Abu Sofyan.
Pada saat terjadi pertumpahan darah di antara Bani Hayyin dari Suku Qurausy. Abu Sofyan datang menemui mereka yang tengah bertikai itu.
Melihat kedatangan Abu Sofyan, kedua belah pihak serentak menghentikan perselisihannya dan mengangkat kepada tanda hormat.

“Saudara-saudaraku segenap kaum Quraisy, aku berharap kalian segera menghentikan pertumpahan darah yang tak ada artinya ini. Aku tak berpihak kepada siapa pun di antara kalian, yang kuminta bersikaplah saling mengalah dan menghormati satu sama lain. Dan apakah kalian semua ini berpijak pada kebenaran?” kata Abu Sofyan.

“Adakah sesuatu yang lebih mulia dari kebenaran?” tanya salah atu di antara mereka.

“Ada!” jawab Abu Sofyan.

“Apa itu?”

“Ampunan!”

Mendengar jawaban Abu Sofyan, meredalah dendam dan nafsu membunuh antara mereka yang berselisih, dan akhirnya mereka saling memaafkan.

***

Setelah baca cerita di atas, apa yang ada di pikiran kalian? Mungkin ini hal sepele. Jarang terlintas di antara kita, jarang kepikiran. Tapi yang jelas, terkadang kita terlalu ngotot sama prinsip yang kita punya. Prinsip yang kita sebut paling benar, prinsip yang kita akui paling baik. Terkadang, dalam berperilaku, kita sering mengundang perselisihan. Terkadang pula, saling memaksakan kehendak. Mengaku-aku bahwa kita paling benar dan tidak mau mengalah. Rasa hormat kita hilang.

Nah, mumpung bulan suci kemarin telah berlalu, dan suasana masih berbau idul Fitri. Mountain Pirates dengan segenap kru yang bertugas (?) mengucapkan;

MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
Mohon Maaf dan Batin.

Semoga amal ibadah kita sebulan kemarin, dan bulan-bulan sebelumnya juga diterima oleh Allah SWT. Semoga ketemu sama bulan Ramadhan lagi. See you next time, Ramadhan, you are the best guest in each  year! :*

ps : cerita dikutip dari sebuah buku “Dongeng Anak-Anak Musim”, penulis Sofia Hafsah Paramita, Penerbit GALI ILMU Surabaya. Semoga yang bersangkutan berkenan untuk dipublikasikan .

Comments

Popular posts from this blog

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Berkunjung ke Rumah Teman

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan