RINDU
Aku merindukan kisah-kisah tentang enam manusia misterius di rumah tua peninggalan Belanda. Rumahnya besar, dari luar terlihat remang-remang dan berada di sudut perempatan jalan. Ada pohon tanjung yang amat besar -- yang tak pernah berbunga, hidup bersama mereka dan turut serta meladeni kerasnya zaman. Ada dua keluarga lainnya yang yang ikut tinggal bersebelahan. Sekumpulan ayam tetangga yang suka berlarian-larian ketika ada yang membuang sampah. Dan juga seekor anjing hitam yang kerap kali menggonggong ketika ada orang asing datang. Sesekali, anjing itu terkadang menjadi sangat menyebalkan ketika tak dapat mengenali manusia-manusia yang tinggal di sana. Tapi dia lebih banyak membantu karena menjadi penghalang manusia-manusia bertangan nakal dan berotak tamak.
Aku merindukan satu rumah tua
yang menakutkan -- yang masih berdiri kokoh di tepi jalan. Masih mengakarkan
pondasinya di antara rumah-rumah modern yang mulai dibangun di kanan-kirinya.
Aku merindukan satu nuansa, di mana kegelapan yang selalu menyelimuti rumah itu
malah membawa kemerlip bintang yang bertebaran. Aku merindukan satu nuansa di
mana pagar teh-tehan yang melingkar di bagian depan rumah itu ditumbuhi benalu
seperti mi kuning yang menjalar dari ujung ke pangkal. Aku merindukan, pohon-pohon
yang dedaunannya akan beruntuhan ke jalan ketika angin menerpa. Aku merindukan
gugurnya bunga-bunga buah jambu air, yang bila jatuh dan berserakan ke tanah,
warnanya akan menyerupai salju. Aku merindukan kelelawar-kelelawar dan burung
hantu yang menempati rumah itu dan akan melubangi buah-buah jambu dan pepaya
yang tengah ranum di rumah itu. Aku merindukan burung yang sehabis maghrib dan
selepas subuh selalu mencicit dan terbang mengitari langit-langit yang
terbentang di atas rumah itu. Aku merindukan sebuah gerbang besar berwarna
hijau lumut yang selalu dirantai menjelang malam. Aku merindukan pintu-pintu
yang tinggi, jendela-jendela yang besar, dan pemandangan ciamik yang dapat
terlihat dari sana. Aku merindukan saat-saat hujan di dalam rumah ketika atap
mulai bocor karena bangunan yang semakin menua.
Aku merindukan suatu nuansa,
tentang rumah, tentang keajaiban dan kehangatan di dalamnya. Satu malam, orang
asing yang melewati rumah itu berceletuk, "Rumah yang mengerikan!"
sembari berlari tebirit-terbirit. Konon katanya ia melihat hantu -- katanya penunggu -- ia lihat seorang perempuan berambut pirang dengan gaun putih berendea-renda. Namun di balik itu
semua, mungkin dia belum tahu, ada kehangatan di sana. Sekalipun, suara-suara
yang sering mendominasi rumah itu ialah gemerasak angin pada daun-daun yang
berguguran, burung yang mencicit, suara ciap ayam, dan tak lupa gonggongan
anjing yang menggertak.
Aku rindu rumah dan juga keenam
manusia misterius yang tinggal dan bercerita di sana. Merindukan nuansa di
dalamnya -- nuansa serupa flora-fauna,
yang tak akan tegantikan dengan tempat mana pun.
Aku rindu.
Rindu rumah.
Comments
Post a Comment