Johana
Muka gadis itu bulat dengan poni rata menutupi dahinya. Rambutnya lurus, hitam, dan dipotong sebahu. Meski matanya sipit, manik matanya kelihatan bulat dan bercahaya. Gadis cilik itu memang keturunan Cina. Tetangga – baru yang belakangan ini aku kenal. Usianya sembilan tahun dan mencintai skuternya. Dia sering berlalu lalang di depan rumah dengan skuternya. Setiap aku panggil, dia cuman tersenyum dan tetap asyik mengendarai skuter kesayangannya. Aku biasa memanggilnya Jo. Nama panjangnya Johana. Pertama kali berkenalan, aku pikir gadis cilik itu akan sangat pendiam. Tapi ternyata tidak, ia mirip ibunya – yang suka sekali menceritakan banyak hal. Sama seperti ketika kami duduk berdua sembari menikmati malam yang dingin karena hujan turun dengan sangat deras. Aku hanya bertanya, “Jo… Johana… Kalau kakak manggil Johana kok kepanjangan ya. Teman-teman kamu biasanya manggil apa?” Sebelum menjawab – Jo selalu tersenyum lucu sembari memperlihatkan lesung pipinya. Matanya ikut terseny...