Kehilangan dan Menghilang
Dulu, sewaktu sepupu jauh saya yang masih berusia delapan
meninggal, teman-teman seusianya berdatangan untuk melayat. Mereka berdiri di
luar rumah sembari menangis dan mengantarkan jenazah sepupu saya hingga ke
liang lahat. Saya, yang waktu itu masih remaja, tidak mengerti mengapa mereka
menangis. Apakah mereka telah memahami dengan benar apa arti kehilangan? Apakah
mereka memahami bagaimana rasa sakit atas kehilangan itu bermula? Atau mereka
memahami kehilangan itu sama seperti ketika mereka kehilangan pensil kesayangan
mereka atau bola sepak mereka? Yang jelas, saya mulai memahaminya ketika salah
satu dari menyeletuk sembari menangis keras ketika jenazah sepupu saya mulai
ditimbun tanah. Ia bilang ia tak akan pernah bertemu dengan sepupu saya lagi.
Ia bilang, dalam waktu setahun sampai menjadi bertahun-tahun, hingga selamanya,
ia tak akan pernah lagi bertemu dengan sepupu saya. Selama-lamanya, ketika ia
mengetuk pintu rumahnya, tidak aka nada lagi yang membukakan pintu dan mengajak
bermain. Lalu, ia menangis karena kehilangan teman bermainnya. Dan entah sampai
kapan ia akan merasa kehilangan. Dan entah bagaimana ia menafisrkan kehilangan
itu.
Pada hari itu pula, sejak terlahir ke dunia ini, itulah awal
di mana kita semua telah belajar memahami rasa sakit atas kehilangan.
Bagaimanapun, semua orang, sejak awal kelahirannya telah belajar sedikit demi
sedikit tentang kehilangan-kehilangan yang ditimpakan kepadanya. Sekecil
apapun. Sebesar apapun. Meski kita tak benar-benar tahu kemana segala sesuatu
yang hilang itu pergi. Kita semua tahu, segala sesuatu yang hilang itu, tak
akan pernah kembali. Selama-lamanya. Hingga kita menyadari – bahwa dunia tidak
hanya sekadar kompilasi kehilangan yang tak berujung. Ia adalah bentuk yang
paling tidak abadi. Lalu, setelah itu, bukankah kita tinggal menikmati
kehilangan-kehilangan itu satu persatu – sampai pada batas yang paling wajar,
kitalah yang tenggelam dalam kehilangan? Hingga orang-orang mencari dan
kemudian memutuskan untuk menyerah.
Comments
Post a Comment