Bingung Pilih Jurusan?




Bingung milih jurusan? Jangan bingung. Mountain Pirates punya solusinya *apaan sih?

“Hidup itu pilihan. Tapi bisa jadi, kamu adalah pilihan kehidupan,”
(Mountain Pirates)

Nggak ada yang lebih bingung dari sekedar menentukan pilihan. Semua juga kaya gitu, pastinya… Tapi emang pada dasarnya, bingung adalah prinsip dasar hidup manusia yang mutlak ada. Nggak bingung, nggak seru. Hidup bakalan flat, karena lo selalu tau apa yang jadi tujuan hidup lo. Life is moving! Hidup itu bergerak. Kadang tujuan pun nggak sesuai rencana.

Kembali lagi soal bingung. Yakin, setiap anak kelas tiga angkatan tahun berapa pun, dari zamanya Soekarno sampe Rhoma Irama menggebu-gebu nyalonin diri jadi presiden RI *beeeeh… pasti ada aja satu, dua, atau bahkan jutaan manusia di negeri ini yang kebingungan mencari arah. *Pake kompas sob!

Sekarang pun, pasti masih pada kurang yakin dan bingung sama pilihan jurusannya. Bener apa kagak? Ngaku hayooo.. coba angkat upilnya satu-satu.

Gue udah angkat upil nih, itu pertanda besar, kalo gue yang nulis postingan ini sekali pun, masih bingung dengan apa yang menjadi pilihan dan tetapan hati. Ini soal masa depan, men! Empat tahun itu masa penentuan. Dan sedikit orang yang mau ngerelain hidup mereka untuk empat tahun yang nggak mereka suka, mampu dan kuasai.

Nggak heran juga kenapa sampai saat ini bingung. Karena aku ada keinginan buat disoriented. Pengen menjalani orientasi yang berbeda dari status yang aku sandang sekarang. 1,5 tahun perjalanan kemaren ngefek sama pilihan sekarang. Tapi sayangnya, aku nggak ada feel berkaitan 1,5 tahun kemarin. Bingung kan? Jelas? Nggak Cuma beban fisik, tapi juga mental.

Dan pula, aku juga nggak mau nantinya pas kuliah terus berhenti, dan belok lagi ke tujuan lain. Atau mungkin kuliah apa ngambilnya kerjaan apa. Itu yang dimaksud pindah orientasi. Ilmu yang kita pelajari nggak sejalan dengan pekerjaan yang kita lakoni.

Tapi kakak saya pernah bilang gini, “Pada dasarnya emang dikit orang yang bisa terjun ke pekerjaan yang sama dengan ilmu yang dia pelajari. Tapi mereka tetep survive dan meraih mimpi mereka dengan cara yang berbeda-beda. Tapi tetap dengan ilmu mereka. Jadi ilmu itu berkembang, bukan dilestarikan.”

Intinya sih gitu, tapi ngomongnya nggak segitu banget amat. Hahaha.

Jadi intinya nih, ya… pasti banyak dari kalian yang bingungnya di situ. Nggak mau pindah orientasi. Takut sia-sia. Tapi setelah saya telaah lagi. Yang di maksud ilmu berkembang adalah, ilmu bukan satu fokus aja, tapi bisa dikembangin jadi apapun. Jadi intinya dari Matematika kita bisa jadi programmer. Mungkin kan ya? Kan kepake juga ilmunya. Dari ahli gizi, buka restoran sendiri. Nggak harus kerja di rumah sakit kan? Atau mungkin dari ilmu fisika, jadi manager dan mengembangkan pemasaran dengan rumus-rumus fisika. Entah gimana caranya.

Yang jelas, ilmu bukan untuk dilestarikan tanpa pengembangan. Tapi ilmu sendiri punya jalan pintasnya sendiri. Nggak Cuma dipertahanin tapi juga dibudidaya, pindah silang atau gimana gitu, kek. Ilmu nggak mutlak buat itu-itu aja kok. Banyak yang pindah orientasi. Kuliah astronomi malah jadi direktur bank. Bahkan memperluas nasabah pake hukum kepler. Beneran ada lho itu! Nah lho? Pindah orientasi tapi tetep sejalan kan? Ada lagi yang kuliah kedokteran hewan jadi presenter TV (Tapi nggak tau juga gimana bisa, hahaha). Intinya? You can make your own world.

Malahan nih ya, kakak saya punya temen, cowok. Sekarang kerja di perusahaan swasta sambil kuliah S2 di manajemen (kalo nggak salah). Dulunya waktu SMA, jago maen basket sampe ke mana-mana. Eh pas lulus SMA, nggak taunya ambil jurusan masak D3, jadi chef gitulah. Buka mata kalian deh, aneh nggak sih dari pemain basket jadi chef. Tapi hebatnya dia bisa sampe keluar negeri. Dan sekarang dia lanjut manajemen.

Eh, gilaaak… mungkin dari kalian bakal ada yang komentar, “Hidup lo kok nggak jelas banget sih alurnya,”
Tapi simak baik-baik, ini malah jadi cerita pribadi yang lain daripada yang lain.

Hidup itu berubah-ubah. Persis iklan rokok, Life is an adventure. Try it! :D

Masih tetep bingung? Oke sama. Upil juga udah abis, karena diangkat melulu. *ah, elah sumpaaah deh…

Tapi bingung itu manusiawi. Baru bangun tidur aja kita udah bingung. Mau makan aja bingung, ambil nasi dulu apa ambil piringnya dulu (?). Mandi pun juga bingung, mau sikat gigi dulu apa mau cuci muka dulu. Berangkat sekolah juga bingung, kadang lupa naruh sepatu atau sabuk. Belajar buat tes besok juga bingung, padahal udah tahu materinya. Misal nih, ya, ada dua tes dalam sehari. Bahasa Jawa sama Kimia, bingung deh mau belajar yang mana dulu. Mikirnya buat belajar apa dulu malah kelamaan. Dan waktunya malah udah abis duluan. Takut kimia nggak selesai kalau nggak belajar kimia dulu. Takut bahasa jawa nggak kepegang sama sekali kalau nggak nyelipin belajar itu. (Pengalaman nih yeeee….)

Emang yang namanya bingung itu pasti membingungkan setiap orang, tiap orang bingung dan membingungkan. Semua orang bingung dengan hal-hal membingungkan.
Nah, lho? Bingung kan?

Tapi, tunggu. Bingung itu adalah proses dari sebuah kejadian awal puncak.. Seperti yang udah aku bilang tadi. Nggak ada bingung nggak seru. Sama sekali nggak oke. Nggak ada cerita yang bisa dibawa kemana-mana. Tapi jelasnya, suatu hal pasti diawali dengan kebingungan. Apalagi kalo nentuin pilihan. Mutlak dan wajib bingung! Milih makan aja bingung, apalagi milih jurusan? Kalo nggak bingung malah nggak normal.

Tapi, bukan berarti ini adalan izin legalisasi untuk menyatakan kamu berhak terperosok ke dalam kebingunganmu sendiri. Ketika kamu sadar kamu lagi bingung, berarti itu waktunya pula kamu sadar kalau kamu harus kembali ke tempat semula untuk meneliti dan memperjelas kebingungan itu.

Well, semisalnya nih, dan yakin pasti dari kalian pernah sekali dua kali ngalamin kejadian kaya gini. Misal, mau makan ambil sendok tapi malah sampai ke depan kamar mandi. Bingung mau ngapain, lupa ngapain. Dan jalan satu-satunya adalah kembali ke tempat semua dan memulai semuanya dari awal.

Is it wasting time?

REALLY BIG NO.

Nggak juga sih, kamu cukup meluangkan semenit dua menit untuk mengulangnnya, daripada berdiri di depan kamar mandi sambil mikirin apa yang mau dilakuin selama belasan jam.

Oke cukup, balik lagi ke kebingungan (?)

Kalau kamu sadar lagi bingung, cobalah menyadari apa isi kebingungan itu.

Dan ini terkait dengan jurusan kuliah nanti. Pasti semua orang sudah punya mind map dan life map-nya masing-masing. Tapi ada juga yang belum. Masih nggak ngerti kepengen jadi apa. Yang penting lanjut sekolah dapet kerja. Nikah. Punya anak. Udah.

Simple banget. Kayak siklus kehidupan. Biasa aja. Datar.
Dan apa dari bray-bray sekalian juga cuma maunya kaya gitu.

Nggak ngebayangin tercetak jadi sejarah, bray? Nggak mikir gimana rasanya nama kita disebut-sebut sebagai inspirator dunia walau kepala kita udah jadi batu nisan? Nggak bermimpi untuk menjadi besar? Nggak berharap untuk dikenang sampai masa-masa mendatang?

Lagi-lagi ini pilihan. Mau jadi terkenang atau terlupakan. Mau biasa-biasa aja atau LUAR BIASA.

Agama saya memang mengajarkan saya untuk tidak berlebih-lebihan dan sederhana dalam kehidupan. Tapi itu sama sekali bukan prosedur untuk punya ilmu yang tidak berlebihan dan sederhana saja. Hidup bukan soal dijalani doang. Tapi gimana kita mengubah hidup dan segala kehidupan di dalamnya menjadi lebih baik.

Aku inget bener, ada orang yang nggak mau kaya dan pengennya sih hidup dalam kesederhanaan. Terus kalo lo berkecukupan gimana lo bisa sedekah dan bantu-bantu orang lain? Cukupkan dengan dirimu sendiri berkecukupan sedang kalo liat orang lain Cuma bisa ngelus dada tanpa bisa bantu.

Open your eyes! Kita bisa menjadi besar.

It is not a simple thing. It is a big and complicated thing. *ampun dah… kalau bahasa inggrisnya mengkacau balau.

Dan di sini, di blog ini, di artikel sederhana ini. Saya punya beberapa hal yang jadi patokan ke depan nati. Buat kamu dan dunia kamu. Buat sebuah harapan dan impian.

Tentukan jurusan dan unviersitas yang mau kamu ambil. Catat hal-hal yang akan kamu lakukan untuk menuju ke sana. Buat sebuah daftar keinginan, dan motivasi dirimu untuk mencoret keinginan itu satu per satu. Jangan bingung. Karena kita selalu punya tempat berpegang di setiap jalan.

Tetapkan hati, mantapkan diri. Kenali diri, eksplorasi!!!
Wake up your dreams!
1.      Cobalah membayangkan menjadi seseorang, dan apakah kamu pantas dan mampu di posisi itu. Maksudnya nih, ya, cobalah kamu bayangin profesi apa yang kamu pengen dan kamu suka dari dulu. Dan kalau ada bayangan yang clear, it means you!
Pilihlah pekerjaan yang memang menjadi impian kamu. Dan dari kamu tahu pekerjaan apa itu, telusuri deh harus sekolah apa.

2.      Pasang sebuah keinginan besar. Entah di mana itu, di kamar, di tempat pensil, di buku. Apa sih passion kamu? Coba telusuri. Itu yang terpenting. Kamu harus tau apa yang kamu suka. Jangan menganggap bahwa bakat adalah apa yang kamu suka. Nggak selalu kok, karena apa yang kamu suka pasti di jalaninya pun pasti dengan riang gembira.
Dan satu lagi, jangan anggap kalau ketidakmampuan kamu pada suatu hal adalah kemampuan kamu di bidang lain. Belum tentu kamu lemah di matematika tapi jago di biologi. Bisa aja malah lebih rekat sama sosiologi.

3.      Kenali dirimu. Ini kalimat sederhana banget. Tapi makna dan praktiknya dalem banget men. Susah susah gimana gitu. Kadang kita pasti bakal ambil langkah protes kalau ada yang ngasih saran beginian.


Bilangnya mungkin, “Orang lain kan juga menilai gimana kamu. Nggak bisa dong asal menilai diri sendiri,”

“Aku bingung sama diriku sendiri, kayaknya aku nggak ada bakat apapun deh,”

Oh, men. Pasang kuda-kuda buat menghalau semua itu, bray. Tancapkan optimisme. Itu lebih berharga dari apapun. Keyakinan itu lebih berharga dari kebebasan (Iiiih…. Sok tauuu… :P)


Gini aja deh, coba kamu belajar kenali dirimu dari yang terkecil. Seseorang mungkin bilang, “Mulai dengan bermimpi besar, dan lakukan dengan memulai yang kecil dulu,”
Kalau yang ini kebalikannya kali ya, “Lihat hal kecil, dan kemukakan suatu hal yang besar dari hal kecil itu,”

Contoh paling elegan (?); pernah nggak sekali dua kali nonton TV atau denger di radio, orangtua naruh anaknya di tempat melukis karena dia suka banget corar-coret tembok. Atau mungkin, anaknya suka banget gebrakin meja terus dibawa ke tempat les drum.

Nah ibaratnya kaya gitu. Coba deh kenali dirimu, dari yang kecil dulu.  Hal yang besar nggak selamanya ‘besar’ kok. Banyak orang yang dulunya ‘bukan apa-apa’ tiba-tiba jadi ‘sesuatu’ dibandingkan orang-orang yang sebelumnya adalah ‘apa-apa’ (apaaan sih) Jangan langsung mengecam diri sendiri tanpa bakat apapun. Tuhan itu memberikan talenta pada semua individu di dunia. Tergantung, kitanya, mau mengeksplorasi atau dibiarkan terpendam sampai jadi mubazir. Gali, men!

Kemampuan juga bukan sekedari Kualitatif yang mutlak ada. Tapi juga kuantitatif, yang secara stastika harus bisa dilihat seberapa banyak kita mengejar intensitas kita.

4.      Pendapat orang tua.
Mungkin dari sekian banyak orang tua, ada beberapa yang maksain kehendak. Itu udah biasa. Klasik dari taun ketaun, udah berapa sinetron sama film coba yang nayangin tema beginian? Udah berapa novel yang jadi best seller dengan alur mutlak kaya gini.

Solusinya pun klasik. Kabur dari rumah. -,-.

Gimana kalo solusinya kita kasih pengertian ke orang tua. Kita kasih tantangan ke mereka? Kalau kita pasti bakalan berhasil sama pilihan kita.

Orang tua itu nggak egois kok, mereka Cuma takut kita kenapa-kenapa di jalan pilihan kita sendiri. Mereka Cuma takut kita kesusahan dan kesulitan. Namanya juga orangtua, nggak mau kan lihat anaknya menderita. SMA aja udah stress dan depressi gara-gara tes-tes tak berperikemanusiaan (mmmm…. Ini siapa ya kira-kira? :P). Mungkin mereka pengen mengarahkan agar beban kita lebih ringan.

Tapi coba deh, kasih pengertian kalau kita udah dewasa, sekarang atau suatu saat nanti, beban dan kesulitan itu pasti datang. Nggak mungkin nggak, seover apapun orang tua ngelindungin kita dengan maksain sebuah pilihan, kita pasti ketemu sama yang namanya ‘cobaan’. Dan di saat seperti ini, orang tua pun nggak bisa bantu. Diri kita sendiri lah yang jadi kunci dari setiap permasalahan.

So, bahaslah kisah klasik yang supersensitif ini dengan hati-hati sama orangtua kamu. Berikan penjelasan yang menunjang. Kalo orang tua kamu masih berprinsip kaya gitu? Yah, bingung juga ya kalo akhirnya kaya gini -,-. Pokoknya berusaha ajalah, dan jangan kecewakan orangtua kamu.

Kalo mereka nuntut kamu ya wajarlah, walaupun faktanya jarang orangtua yang suka nuntut anaknya. Tapi masalahnya, cek dulu wajah rupawan kalian di kaca? Pernahkan nggak nuntut orangtua? Minta beliin ini itu tanpa basa-basi dulu?

            Heeheheehe

5.      Rajin-rajin cari info.
Kalo punya beberapa pilihan, cari info sebanyak-banyaknya tentang jurusan yang mau diambil. Dilihat dari prodinya, kurikulumnya, mata kuliahnya sampai prospek kerjanya. Coba deh di pahami satu per satu, mana yang paling cocok. Mana yang paling menarik hati. Ibaratnya jatuh cinta, kita pasti punya feel tersendiri waktu lihat prodinya. Istilahnya, love at first sight.  Jangan asal milih Cuma karena alesan, ‘sedikit saingan,’

Ayolah, bukan lagi jamannya mainan saingan. Oke saingan emang penting. Tapi inget nggak? Kalo kita ngalah Cuma gara-gara kebanyakan saingan dan ambil jurusan yang sedikit peminat, mimpi yang udah terjahit di rencana kita buyar sudah. Kapan kalian mau ngejar mimpi kalian kalo Cuma parno saingan melulu. Yakin deh, optimis. Banyak jalan.

Kapan mau mengejar mimpi kamu kalo kamu cuma takut nggak diterima karena banyak saingan.

Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara meraih mimpimu.

Cobalah untuk berusaha lebih keras. Hindari hal-hal praktis dan instan. Look forward. Lihat ke depan. Mungkin emang enak keterima tanpa tes. Tapi plis, hidup itu nggak mudah lho… Hidup itu bukan undian. Tapi kepastian. So?

6.      Usaha.
Terserah ya, orang mau bilang kamu punya bakat dari lahir. Talentamu luar biasa. Terserah kalau kamu sampe punya IQ ribuan jumlahnya. Itu nggak ngefek sama sekali kalau kamu nggak pernah mencoba untuk berusaha. Berusaha meraih mimpimu. Berusaha mengenali dirimu. Berusaha lebih baik. Berusaha selalu dekat sama Tuhan. Usaha itu penting banget. Usaha adalah titik balik antara pengorbanan dan penghargaan.


Jadi, jangan pernah berhenti berusaha. Jangan terlena. Dan tetaplah berusaha. Berusaha menjadi lebih baik lagi. Berusaha lebih baik dari hari kemarin.

Seperti di nomor lima ya… hindari hal-hal praktis. Seringlah berjaga-jaga!



7.      Dan yang paling UTAMA. Paling penting. Paling menentukan segalanya.
Doa. Minta petunjuk sama Tuhan. Buat yang muslim rajin-rajin sholat istikharoh. Tawakal terpenting. Berdoalah setiap hari. Minta petunjuk agar dikasih jalan yang terbaik untuk ke depannya, baik dari sosial, moral, agama, dan aspek lainnya. Cobalah untuk berusaha memantapkan hati. Tuhan adalah tempat kita memecahkan kebingungan.

Jadi, jangan pernah absen dalam berdoa. J

Kayanya cukup segini, ini udah banyak banget -,-



Pasang targetmu. Jangan pernah takut gagal. Gagal bukan akhir. Bermimpilah yang besar, selama gratis. Jangan lagi bingung, kenali dirimu. Pilihlah sesuai dengan keingingan, jangan Cuma ikuti hati tapi juga ikuti kebenaran berdasarkan minat, bakat dan kemampuan.


Tapi jangan terlalu fokus sama tujuan. Seapik apapun mimpi kita. Serapi apapun rencana kita. Rencana Tuhan jauh lebih keren. Jadi, jika nanti di tengah jalan, dapat ‘petunjuk’ lain dari Allah, jangan putus asa. Itu pertanda kalau kamu harus berbalik arah :D. Dan yakin, itu yang terbaik buat kamu dan pasti kisahnya pun bakalan jauh lebih indah.


Semoga bermanfaat. Semoga bisa sedikti memberikan pencerahan, semoga nggak bingung lagi dan udah duduk manis di depan komputer dan siap-siap upload berkas-berkas buat SNMPTN.


 Dan, biarkan dunia memilihmu menjadi salah satu pionir yang menggerakkan miliaran orang-orang di sana.



*** Mountain pirates yang lagi galau gara-gara SNMPTN Undangan melaporkan.



Comments

Popular posts from this blog

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Berkunjung ke Rumah Teman

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan