Tentang Mereka yang Bertanya Sudah Sejauh Mana Studi Saya
Siang itu aku bergegas menuju
lantai empat untuk meminta surat kepada salah satu dosen. Kami janji untuk bertemu pukul 10.00
pagi – dengan tergesa-gesa – aku yang biasanya sangat teledor akan waktu
memanfaatkan lift agar cepat sampai ke lantai empat.
Seperti biasanya ketika aku
menggunakan lift sendirian, pintu lift yang terbuka selalu menunjukkan ruang
kosong. Namun, ketika aku hendak masuk – seorang ibu-ibu dengan tergesa-gesa
pula tergopoh-tergopoh dari kejauhan meminta pintu lift agar dibuka kembali.
“Mbak! Mbak!” teriaknya (lucu). Aku
pun menekan tombol “buka” agar ibu-ibu tersebut ikut masuk bersamaku. Tujuannya
adalah lantai tiga.
Di tengah-tengah keheningan yang
menyergap sembari menunggu lift yang jalannya lama sekali – seolah-olah
panjangnya jutaan tahun cahaya, “Jurusan apa Mbak?”
“Komunikasi Bu,”
“Semester?”
“Empat,” aku tersenyum kecil.
“Wah, cepat lulus aja ya mbak,”
“Semester?”
“Empat,” aku tersenyum kecil.
“Wah, cepat lulus aja ya mbak,”
Dan lift pun terbuka, lantai tiga
terlihat, ibu itu bergegas pergi dengan terburu-buru. Aku hanya terdiam sambil
mengamini diam-diam.
Semoga aku cepat lulus.
Sementara itu di persimpangan jalan
ketika membeli segelas jus, aku bertemu dengan seorang ibu-ibu lagi – bertanya hal
yang sama namun memberikan tanggapan yang berbeda.
“Baru semester empat ya, Mbak? Wah,
masih lama ya lulusnya,”
Aduh!
Aduh!
Itulah relativitas, haha :p
ReplyDeleteHahaha, begitu paradoks, sesuatu yang bertentang di satu waktu :)
Delete