Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan
1.
The
Rational-Activist Model
Mekanisme
model ini melalui voting terhadap alternatif kebijakan yang hendak diambil oleh
pemerintah. Ini dikenal juga dengan isu voting dimana pemilih tidak memilih
partai atau kandidat politik melainkan memilih satu pilihan kebijakan yang
disetujuinya. Jadi masyarakat tidak memilih partai maupun kandidat politiknya
tetapi langsung memilih kebijakan.
Kelebihan, Tidak adanya kampanye dari partai maupun kandidat yang memiliki unsur
kepentingan. Biasanya partai maupun kandidat akan membuat alternatif kebijakan
yang menguntungkan pihak mereka. Dalam hal ini, celah bagi partai dan kandidat
politiknya untuk memanipulasi kebijakan menjadi kecil bahkan tertutup. Selain
itu, model ini juga memberikan kenetralan bagi para pemilih. Pemilih cenderung
melihat kebijakan alternatif dengan bijak tanpa melihat orang-orang di balik
kebijakan tersebut.
Kekurangan, Model ini terlalu menyedot biaya. Padahal di satu sisi, model ini tidak
memberikan informasi yang cukup bagi publik sehingga tidak memenuhi syarat
dalam pengambilan kebijakan. Pemerintah harus berupaya keras agar pendapat yang
terkumpul memiliki kualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
2.
The Political
Parties Model
Mekanisme
dalam model ini adalah; partai-partai politik menyederhanakan berbagai
alternatif kebijakan pemerintah ke dalam pilihan kebijakan yang akan diambil
jika memenangkan pemilu. Setiap partai mewakili satu pilihan kebijakan. Pilihan
kebijakan ini yang kemudian didokumentasikan dalam platform partai; dan selama
pemilu platform kebijakan tersebut dikampanyekan. Voters memilih sebuah
kebijakan dengan cara memilih partai atau kandidat dari partai tersebut.
Kelebihan, Model ini menawarkan kesederhanaan dalam mengambil
kebijakan berdasarkan opini publik. Partai dapat menggunakan pilihan kebijakan
tersebut sebagai kekuatan dalam mencari simpati.
Kekurangan, Di satu sisi, model ini terlalu mengandalkan tokoh
atau kandidat partai. Model ini menarik opini masyarakat melalui profil
kandidat bukannya melalui kebijakan. Hal ini akan menyebabkan
penyimpangan-penyimpangan dari esensi kebijakan itu sendiri. Selain itu model
ini juga menjadikan uang sebagai kekuatan. Sangat disayangkan pula, pemilih
memilih mau tidak mau harus memilih partai atau kandidat yang membawa platform
kebijakan tersebut. Padahal, kebijakan yang diusung partai dan kandidatnya
tidak selalu sesuai dengan esensi yang diharapkan.
3.
The Interest
Groups Model
Mekanisme:
Interest group atau kelompok
kepentingan adalah aktor utama yang berfungsi sebagai think tank atau kelompok ahli dan berfungsi sebagai broker atau perantara yang menyampaikan
tuntutan publik atas kebijakan pemerintah pada sektor tertentu.
Kelebihan, Model ini dapat menampung aspirasi masyarakat dan
membawanya ke publik agar dipenuhi oleh pemerintahan. Karena menggunakan
kelompok kepentingan, model ini membawa kepentingan kelompok mayoritas agar
mendapatkan pengakuan. Selain itu, model ini juga memberikan ruang yang luas
bagi komunitas-komunitas untuk menyuarakan aspirasinya. Kelompok kepentingan
akan membantu komunitas-komunitas tersebut dalam menyampaikan tuntutan publik
atas kebijakan pemerintah pada sektor tertentu.
Kekurangan, Sayangnya model ini memiliki tendensi pembajakan.
Maksudnya adalah, kelompok kepentingan secara tidak langsung mengambil hak
kelompok lain. Atas nama kepentingan kelompok mayoritas mereka menuntut
pemerintah akan kebijakan tertentu yang melukai atau mencederai kelompok lain,
khususnya minoritas. Selain itu, penyalahgunaan kelompok kepentingan juga akan
terjadi dan mengakibatkan klaimisasi. Artinya, kelompok kepentingan cenderung
mengklaim tuntuntan publik atas kebijakan-kebijakan tertentu dengan
sewenang-wenang.
4.
The Role Playing
Model
Mekanisme:
Kandidat terpilih dianggap secara otomatis mewakili publik karena mereka
menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan publik. Anggapan ini berasal
dari disiplin sosiologi tentang konsep peran, yakni bahwa setiap peran selalu
memuat kewajiban atau tugas yang harus dijalankan oleh pemegang peran tersebut.
Misalnya, seorang hakim harus berbuat adil. Demikian juga politisi, mereka
harus membawa aspirasi publik ketika membuat kebijakan.
Kelebihan, Ada mekanisme yang natural dalam model ini sehingga
tidak bersifat manipulatif. Segala kebijakan yang didasari dari tuntutan publik
terjadi secara alami tanpa dibuat-buat karena adanya konsep tentang peran
tersebut. Konsep peran tersebut juga memungkinkan para tokoh agar melakukan
perannya dengan baik agar tetap memiliki citra yang baik pula. Dalam hal ini,
kandidat dipilih karena memenuhi syarat.
Kekurangan, Namun di satu sisi, konsep peran yang menguntungkan
kandidat tersebut tidak serta merta memberikan aksi yang riil. Mekanisme dalam
model ini terlalu melihat segala sesuatunya secara universal dan kuantitatif.
Hal ini memungkinkan akan terjadinya pengawasan yang lalai terhadap kandidat
terpilih serta kebijakan yang dibuatnya.
5.
The Sharing
Public
Mekanisme
ini mirip dengan Role-playing model,
model ini percaya bahwa para pembuat kebijakan berasal dari publik. Mereka memiliki
latar belakang budaya yang sama dengan publik, dan karena itu pendapat mereka kemungkinan
besar selalu mendapatkan pendukungnya di tingkat publik.
Kelebihan, Para pembuatan kebijakan berasal dari publik dan
memiliki budaya yang sama dengan publik. Hal tersebut akan terus mendatangkan
pendukung bagi pembuat kebijakan. Mereka akan sulit kehilangan pendukung di
tingkat publik karena kesamaan budaya yang dimiliki.
Kekurangan, Di satu sisi,
jika pendapat di tingkat publik itu beragam, maka para kandidat pemegang
jabatan publik juga memiliki pendapat dan visi kebijakan yang beragam. Hal ini
akan menyebabkan alotnya pemilihan kebijakan yang adil untuk berbagai pihak.
Selain itu, sekalipun seorang kandidat
pasti selalu memiliki pendukung namun tidak jelas harus seberapa banyak
pendukung yang harus mereka miliki di tingkat publik.
Comments
Post a Comment