Tolong Mengerti
vis http://globe-views.com |
“Tolong mengerti,” katamu padaku
melalui pesan singkat yang tiba-tiba datang di tengah malam. Aku hanya bertanya
apakah kita harus melanjutkan semua ini dengan konsep yang sama atau tidak.
Tetapi, tiba-tiba kamu mengirimiku sebuah pesan singkat yang mencengangkan.
Kamu bilang aku sama sekali tidak pengertian. Kamu bilang aku seperti anak
kecil karena tidak bisa memahami kesibukan orang lain.
Aku terdiam sebentar. Tanganku
tiba-tiba saja bergetar membaca pesan itu. Apakah aku benar-benar seperti anak
kecil? Aku bertanya pada diriku sendiri sembari membaca ulang pesanmu. Aku
tidak tahu apa yang ada di dalam kepalamu hingga kamu berpikir bahwa aku tak
bisa memahami kesibukan orang lain. Kamu berasumsi bahwa aku memiliki banyak
waktu luang sehingga aku bisa menghujat semua orang sibuk yang tidak memberikan
tanggapan berarti.
Boleh aku mengatakan bahwa
asumsimu ini tidak adill? Kamu tahu, aku tahu bahwa semua orang memiliki
kesibukan. Aku pun sudah sangat mengerti itu – mengerti semua orang dengan
kesibukan masing-masing. Tetapi, satu hal. Satu hal yang harus kamu tahu dan camkan.
Bahkan tuntutanmu untuk meminta dimengerti itu tidak sebanding dengan waktu
luang yang aku berikan untuk menunggumu berjam-jam bersamaan dengan derai hujan
di jelang petang. Aku merasa ini tidak adil. Kamu meminta dimengerti – tetapi kamu
tidak bisa mengerti aku dan orang-orang yang meluangkan waktu di tengah-tengah
kesibukan mereka. Aku pikir ini tidak adil. Sangat tidak adil. Kamu sibuk – aku
pun juga sibuk. Tetapi, di tengah ingar-bingar kesibukan itu – berapa di
antaranya – salah satunya aku mencoba meluangkan sedikit waktu.
Tidak bisakah kamu mengerti itu?
Tidak bisakah kamu memahami waktuku yang begitu berharga dibanding tuntutanmu
untuk dimengerti?
Tolong mengerti. Tolonglah mengerti.
Yogyakarta, di tengah ingar-bingar hujan yang deras. Suara petir yang
menggelegar. Kilat-kilat yang bertebaran di langit – aku menunggumu dengan
wajah sendu. Tetapi katamu, hari sudah terlalu larut untuk menapaki tanah
lembab. Dan katamu, hujan terlalu deras untuk kamu terjang. Sedangkan aku,
duduk di lantai itu sendirian. Menggigil kedinginan dengan baju yang basah
kuyup – usai berlari dari tempat kerja dengan tergesa-gesa – karena aku takut
kamu sudah menunggu terlalu lama. Tetapi, ternyata kamu tidak datang. Tiba-tiba
rasa ngilu menyerang.
Comments
Post a Comment