Pekerjaan atau Profesi
Dalam kehidupan ini, tentunya
setiap orang harus bekerja. Bekerja bukan lagi persoalan keinginan tetapi
adalah kebutuhan. Setiap orang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, orang-orang juga dapat memilih untuk mendapatkan pekerjaan yang
dicintainya. Jika berbicata ihwal keharusan bekerja; tentunya semua orang mesti
bekerja. Tidak dapat lagi dielakkan karena kewajiban setiap manusia adalah
menafkahi dirinya sendiri dan mungkin juga memberikan sebagian kecil miliknya
kepada orang lain.
Dan berbicara soal pekerjaan,
tentunya setiap orang mendambakan pekerjaan yang diinginkan. Saya sendiri tahu,
selepas lulus dari perguruan tinggi nanti, saya harus mencari pekerjaan. Saya
harus benar-benar mandiri secara finansial. Bahkan kalau perlu, sesungguhnya
saya mungkin bisa mandiri secara finansial sebelum lulus kuliah. Beberapa kali
saya mengambil pekerjaan sambilan. Tapi kedua pekerjaan yang pernah saya lakoni
itu benar-benar pekerjaan. Yang mana saya melakukannya demi mendapatkan uang;
hasil konkret dari pekerjaan. Tetapi hingga kini saya belum pernah bekerja
sesuai dengan keterampilan yang saya miliki.
Jika bicara soal pekerjaan dan
pekerjaan seperti apa yang saya inginkan. Tentu saja saya ingin bekerja sesuai
dengan keterampilan dan ilmu yang saya miliki. Saya tidak ingin hanya sekedar
bekerja. Saya tidak ingin bekerja hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lebih dari itu, saya ingin pekerjaan saya adalah bagian dari hidup saya.
Pekerjaan itu, selain menjadi bentuk pengabdian juga merupakan “cipta karya”
saya di dunia. Saya ingin memiliki pekerjaan yang bisa saya cintai sepanjang
masa. Saya tidak ingin hanya bekerja karena tuntutan hidup. Saya ingin bekerja
karena memang benar-benar melakoni profesi itu dengan sepenuh hati. Dapat
dikatakan, jika saya disuruh memilih antara pekerjaan dan profesi. Saya
tentunya lebih memilih profesi.
Lalu, apa perbedaan pekerjaan
dan profesi? Dalam salah satu diskusi di kelas ketika membahas mengenai
pekerjaan dan profesi adalah pekerjaan belum tentu profesi sedangkan profesi
sudah pasti pekerjaan. Mengerti kan maksudnya? Jadi seseorang yang memiliki
profesi tentunya akan bekerja. Sedangkan orang yang hanya memiliki pekerjaan
dia tidak memiliki profesi. Dalam hal ini, profesi disebut-sebut sebagai
pekerjaan yang menuntut keterampilan. Seperti misalnya jurnalis, desainer,
programmer dan lain sebagainya. Sedangkan pekerjaan diartikan sebagai sebuah
keharusan karena tuntutan kehidupan. Sebuah profesi didapatkan melalui
lika-liku yang panjang seperti meniti berbagai jenjang pendidikan. Karena saya
pribadi sedang mengenyam pendidikan strata satu tentu saya ingin memiliki
sebuah profesi. Bukan hanya pekerjaan semata.
Mungkin itu sebabnya pula saya
melepas kesempatan studi di Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN) dua tahun
silam. Saat itu saya diterima sebagai mahasiswa D1 Pajak dan ditempatkan di
Balikpapan. Semua orang di sekitar saya mengatakan bahwa kuliah di STAN itu
enak. Menjadi anak STAN sekaligus orang pajak itu enak. Selain hidupnya
terjamin, uang yang mengalir juga banyak. Hal inilah yang kemudian membuat
orang-orang terlihat “menyesalkan” keputusan saya. Dan sudah berselang dua
tahun – orang-orang di sekitar saya masih saja berkata, “Seharusnya kamu sudah
bekerja ya sekarang,”
Iya, mungkin, jika dua tahun
yang lalu saya mengambil studi di STAN, saat ini saya sudah menjadi seorang
pegawai Pajak (di antah berantah). Saya sudah mampu mendapatkan uang dan
mandiri secara finansial seperti yang saya inginkan. Akan tetapi, bukan menjadi
pegawai pajaklah yang saya inginkan. Saya sudah menekankan di awal bahwa yang
saya ingini bukan sekedar pekerjaan tetapi profesi. Saya ingin memiliki sebuah
keterampilan yang spesifik dan menjadikannya sebagai profesi.
Saya tidak berkata bahwa
bersekolah di STAN dan kemudian menjadi pegawai Pajak tidak memiliki
keterampilan sama sekali. Saya meyakini bahwa setiap pekerjaan pasti memiliki
persyaratan tertentu. Namun, kembali lagi, yang saya inginkan bukan menjadi
seorang pegawai pajak. Saya tahu, hidup menuntut seseorang untuk bekerja.
Tetapi setiap orang memiliki pilihan. Dan saya beruntung karena saya mampu
menetapkan pilihan itu. Saya tidak pernah bercita-cita menjadi pegawai pajak.
Ketika saya kecil saya juga tidak pernah membayangkan akan bekerja sebagai
pegawai pajak. Saya percaya mimpi masa depan; mimpinya orang dewasa akan
kembali ke masa kecil. Karena itu, saya memercayai apa yang saya yakini ketika
masih kecil.
Dengan keputusan yang nekad itu,
dua tahun silam saya melepaskan studi di STAN. Saya berharap akan menjadi orang
yang jauh lebih berarti dan menggali potensi yang saya miliki. Menjadi
satu-satunya siswa di SMA saya yang melepas STAN tentu membuat saya minder.
Kurang lebih ada 50-an anak yang diterima. Dan saya menjadi satu-satunya orang
yang dengan percaya diri melepasnya. Beberapa teman saya mendukung hal tersebut
karena mereka mungkin percaya pada kemampuan saya. Tetapi beberapa teman dan
orang tua menyayangkan karena mereka pikir hidup tidak bisa dispekulasikan.
Bagi mereka mungkin saya terlalu bodoh karena menolak sebuah jaminan. Akan
tetapi, siapa yang mengatakan bahwa hidup ini ada yang menjamin. Bahkan
bersekolah di ikatan dinas sekalipun saya yakin tetap bergejolak seperti halnya
mahasiswa yang baru saja lulus.
Bagi saya menjadi pegawa pajak
adalah melakoni sebuah pekerjaan yang menjadi kewajiban setiap setiap orang.
Sedangkan yang saya ingini adalah memiliki sebuah profesi. Saya tidak berkata
bahwa saya meremehkan pekerjaan sebagai pegawai pajak. Sama sekali tidak. Semua
pekerjaan yang baik dan halal tentunya mulia bagi siapa saja yang tulus dan ikhlas
melakoninya. Tetapi bagaimana jika saya tidak dapat tulus melakoninya karena
hal itu bukanlah yang saya inginkan. Lebih dari itu, bagaimana jika ada sebuah
profesi yang memanggil-manggil saya untuk melakoninya. Saya tahu, inti dari
kehidupan adalah ikhlas. Akan tetapi saya juga meyakini bahwa apa yang bisa
diperbuat oleh seseorang kepada orang lainnya adalah berdasarkan kemampuan yang
mereka miliki. Sedangkan saya, jujur saja, saya tidak mampu jika harus
“dipaksa” menjadi pegawai pajak.
Maka dari itu, setelah melepas
studi di STAN yang dibarengi dengan nyinyiran
banyak orang, saya bertekad akan membuktikan bahwa suatu saat nanti profesi
yang saya pilih ini dapat membantu lebih banyak orang. Mungkin saya tidak akan
mendapatkan uang yang banyak, urip kepenak
, dan jaminan-jaminan bermutu lainnya. Mungkin kehidupan yang saya jalani akan
jauh lebih keras dari bekerja sebagai pegawai pajak. Tetapi saya hanya tidak
ingin terperangkap dalam sistem kehidupan yang begitu-begitu saja. Dan saya
akan membuktikan kepada semua orang yang berhasil nyinyir tentang kehidupan saya. Saya akan memperlihatkan kepada
mereka bahwa profesi inilah yang akan saya tekuni. Dan saya akan benar-benar
menjadi manusia seutuhnya karenanya.
Melalui profesi saya ingin hidup
seutuhnya. Saya pernah mendengar bahwa jika kita ingin hidup bahagia maka lakukanlah
pekerjaan yang kamu cintai. Dan karena alasan itulah saya menentang berbagai
sistem dan anggapan banyak orang. Saya tahu di STAN itu enak. Uangnya banyak
dan calon urip kepenak seperti yang dikatakan oleh rekan ibu saya. Akan tetapi,
saya ingin hidup pada pilihan saya sendiri. Saya ingin menjalani sesuatu hal
yang saya cintai. Saya tidak mau hidup dalam bayang-bayang orang lain. Saya
juga tidak mau menuruti apa yang orang lain lakukan. Sebab saya ingin hidup
pada perkataan saya sendiri, titah saya sendiri. Bukan komentar orang lain.
Jika hidup harus berkubang pada komentar-komentar orang lain – hidup tidak akan
pernah selesai. Seperti ketika orang-orang mengatakan kepada saya bahwa
keputusan saya itu adalah sebuah kesalahan. Memilih ilmu komunikasi daripada
STAN. Sejauh ini saya menikmati apa yang saya pilih. Dan saya akan terus
menikmatinya.
Maka untuk kalian semua, jadilah orang yang memiliki profesi bukan pekerjaan. Jadilah orang yang utuh dengan keterampilan yang kamu inginkan. Tekuni keterampilan itu sehingga menjadi sebuah profesi. Sebab, jika hidup berdasarkan profesi kamu akan memiliki tujuan hidup yang lebih berarti daripada hanya menyambung hidup. Kamu akan tahu kemana harus melangkah. Kamu akan lebih bisa memaknai kehidupan dan apa yang mampu kamu lakukan. Maka, jalanilah profesimu! Profesi yang kamu inginkan!
Comments
Post a Comment