Terhisap Jejaring Virtual

Hingga kini, media interaktif yang membuat saya terus merasa terkesan adalah internet. Kemunculannya tidak hanya mengubah dunia dan gaya hidup masyarakat. Internet juga menciptakan sistem dan konsep baru tentang budaya sosial. Bagaimana orang-orang berinteraksi dalam sebuah dunia berjejaring yang tidak memiliki batas antara ruang dan waktu adalah suatu hal yang menjadikannya unik. Mencatut apa yang pernah dikatakan oleh Marshall McLuhan, dunia akan berubah (dengan internet) laiknya desa kecil yang semua orang memiliki akses untuk “bertegur sapa”. Selain itu, dengan adanya internet, menjadi penyokong segala bentuk kecanggihan teknologi. Sekirarnya banyak sekali aplikasi yang kini diciptakan guna menunjang kebutuhan manusia.

                Pada mulanya, internet hanya bersifat komersial dan diprivatisasi oleh segelintir orang, khususnya untuk kepentingan militer dan akademik. Namun, lambat-laun, internet menjadi salah satu yang dibutuhkan oleh masyarakat dan bersifat umum. Kini semua orang dapat mengakses internet tanpa terkecuali. Di Indonesia sendiri, internet hadir di tahun 1990-an dan saya mengenalnya di tahun 2007. Boleh dibilang saya agak terlambat dalam mengenal internet. Hal itu dikarenakan lingkungan kehidupan saya, baik keluarga maupun sekolah yang masih awam dengan penggunaan internet.
                Waktu itu usia saya berusia duabelas tahun saat pertama kali mengenal internet. Dunia belum diguncangkan oleh sosial media seperti facebook dan twitter. Saat itu saya masih hanya mengenal google, yahoo, dan youtube. Ketiganya saya pergunakan untuk hiburan dan mencari informasi. Kala itu saya cukup takjub dengan kecanggihan google dalam menghadirkan beragam informasi yang cukup lengkap. Waktu itu saya berpikir bahwa google akan memudahkan saya dalam mencari referensi dan tidak perlu lagi mengobrak-abrik rak perpustakan untuk mencari buku yang relevan.
                Di tahun 2007 itu pula, akses internet dengan mudah hanya bisa dilakukan di warung internet (warnet). Jasa warnet yang digunakan dikenai biaya per-jam. Saat itu harga warnet sedang mahal-mahalnya. Ada salah satu warnet yang saya kunjungi mematok harga 7000/jam. Padahal browsing internet adalah salah satu hal yang melenakan. Hal itu bisa membuat saya lupa waktu dan jumlah uang di kantong yang saya miliki.
                Pada akhir tahun 2007, kemunculan internet yang terus berkembang dibarengi dengan game online. Saat itu, berbagai warnet di kota kelahiran saya, Magelang, beramai-ramai menginstal berbagai game online. Ayo Dance dan Point Blank adalah satu game online yang paling digemari oleh teman-teman saya. Kemunculan game online rupanya juga merupakan fenomena sosial yang unik. Sebab, jalinan pertemanan melalui permainan dapat dilakukan melalui jejaring virtual.
                Game online tersebut tidak hanya menyajikan permainan bersama dengan “komputer”. Tetapi juga menghubungkan berbagai orang-orang di dunia, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga, dalam internet pula orang-orang mulai mengenal dunia luarnya. Permainan yang biasanya hanya bisa dilakukan saat itu juga di ruang lapang dengan kondisi bersama-sama ternyata dapat dilakukan dengan berbagai orang di tempat yang berbeda-beda.
                Saya sebetulnya bukan penggemar game online. Saya bahkan hanya bermain sesekali karena jari-jemari saya tidak pernah bisa lihai memainkan papan ketik komputer walaupun sudah pernah berlatih berulang-kali. Kakak sayalah yang waktu itu memperkenalkan game online dan mengajak saya untuk menungguinya bermain game online sembari saya bermain games.co.id.   
                Pada tahun 2007 juga kemunculan sosial media sebagai salah satu dinamika sosial dalam dunia virtual hadir. Saat itu friendster mengawali hadirnya sosial media tetapi harus kandas di tengah jalan karena sepi peminat. Facebook yang hadir juga di tahun 2007 mengalahkan kepamoran friendster. Adapun menu yang ditawarkan oleh facebook jauh lebih mudah untuk digunakan.
                Saat ini facebook tidak hanya menjadi sebuah sarana “bertegur sapa” dan mencipta jaringan relasi. Lebih dari itu, facebook kini menawarkan “adverstiment” di linimasanya. Dulunya, saya pun bertanya-tanya apa yang akan membuat Mark Zukenberg kaya jika facebook digunakan secara gratis oleh penggunanya. Baru setelah sekian tahun, saya baru menyadari bisnis Mark ini. Sebab, facebook kini penggunanya semakin banyak dan para pebisnis online mulai menerapkan facebook sebagai salah satu medium bisnisnya. Oleh karena itu, saat ini facebook membuat fitur “ads on”. Dulu, mungkin kita tidak pernah melihat iklan di facebook. Tapi sekarang iklan di facebook bertebaran di mana-mana. Bahkan kita dapat mempromosikan situs web yang kita miliki. Untuk mempromosikan fanpage atau situs web dikenakan harga Rp Rp71,737 dalam satu minggu per bayar. Saat ini twitter juga mulai menambahkan fitur “ads on”.
                Fenomena sosial yang paling menjangkit anak muda karena internet adalah sosial media. Saat ini banyak sekali anak muda yang mendadak tenar karena mengunggah tulisan-tulisannya di blog ataupun mengunggah video dan fotonya di instagram maupun youtube. Dengan adanya internet, sepertinya orang-orang dapat dengan mudah mengenal dan mengetahui orang lain. Orang tidak lagi harus terkenal melalui televisi dan majalah. Dengan internet dan kegigihan untuk dikenal, orang-orang dapat menjadi tenar dengan sendirinya.
                Internet juga menciptakan berbagai bisnis start up dengan berbagai bentuk dan bidang. Jasa-jasa online sekiranya sedang dalam membumi dan menjadi kegemaran masyarakat. Saat ini, ada banyak toko-toko berbasis daring yang menawarkan kemudahan bagi penggunanya. Tidak hanya toko online, sekarang berbagai start up juga menawarkan berbagai bentuk seperti jasa antar barang, antar makanan, jasa ojek, dan lain hal sebagainya. Bisnis start up juga rupanya berpengaruh bagi kehidupan dinamika media di Indonesia. Media-media start up bermunculan dengan berbasis sistem viral (menyebar dengan cepat seperti virus). Penyebaran informarsi dari media-media start up tersebut biasanya berlangsung menggunakan sosial media seperti facebook. Kita dapat melihat progresivitas Hipwee, Isigood, dan Pizna dalam berlomba-lomba menjadikan konten-kontennya sebagai viral di sosial media.

                Di tahun 2015 ini penggunaan internet semakin dipermudah dengan kehadiran ponsel pintar. Ponsel pintar ini pun dapat dijangkau dengan harga yang cukup ramah. Ke depannya, internet, sebagai salah satu media interaktif akan semakin menawarkan fenomena-fenomena sosial baru yang terus mengisi dinamika kehidupan sosial. Salah seorang teman saya yang ahli di bidang komputer mengatakan bahwa perkembangan teknologi dengan berbasis internet akan terus terjadi dan prosesnya pun bisa viral. Dalam hal ini, kemudahan memang menjadi hal yang didambakan oleh manusia. Namun, internet juga membawa “bencana” dan menghadirkan kontraprestasi dalam dunia virtual. Saat ini, kita bisa melihat bagaimana internet kemudian menyerap kita dalam satu jejaring yang tidak memiliki batas antara ruang, waktu, dan sosial yang mencakupi nilai-nilai moral serta asas hukum. Jika menilik dari masalah hukum, kebijakan dalam internet khususnya dalam jurnalisme online pun masih semu. Sebab itu, saya kembali lagi mengukuhkan apa yang dikatakan oleh McLuhan, dunia ini lambat laun laiknya sebuah desa global yang di mana semua orang dapat berinteraksi dengan mudah. Mungkin itu sebabnya pula hingga kini saya terus terkesan dengan internet. 

Comments

Popular posts from this blog

[Teori Komunikasi] Teori dalam Tradisi Sibernetika

Kelebihan dan Kekurangan Model-Model (Mekanisme) yang Menghubungkan Opini Publik dengan Pembuatan Kebijakan

Berkunjung ke Rumah Teman