[Resensi] Mencari Pasangan Hidup melalui Dunia Maya
Judul
Buku : Bride Wannabe
Penulis
: Christina Juzwar
Penerbit
: Bentang Pustaka
Cetakan : I, September 2014
Tebal : vi + 310 hlm
ISBN : 978-602-291-043-5
Menikah tentunya menjadi dambaan
setiap orang. Namun, menuju pelaminan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Menjalin hubungan dengan lawan jenis selama bertahun-tahun pun belum tentu berujung
pada pernikahan. Ada banyak kisah kegagalan yang dialami oleh banyak orang ketika
berkeinginan untuk menikah. Ada pula orang-orang yang tidak kunjung menemukan
pasangan hidup dan melakukan berbagai cara, bahkan sampai melakukan online dating.
Seperti yang dialami oleh Sascha
Indrawati, tokoh sentral dalam novel ini. Ia memutuskan untuk mengakhiri
hubungannya dengan Ben, lelaki yang dipacarinya selama delapan tahun. Sascha
merasa bahwa Ben tidak serius dengan hubungan mereka karena tidak pernah
menyinggung pernikahan. Sementara itu Sascha sudah terlalu jenuh dengan tingkat
hubungan yang sebatas pacar saja. Ia menginginkan sebuah keseriusan dari Ben,
yaitu pernikahan. Namun Ben lebih mementingkan karier dan pekerjaannya.
Tidak hanya itu, berbagai sikap Ben
yang tidak tampak selama delapan tahun pun akhirnya terlihat. Sikap buruk Ben
itu membuat Sascha perlahan bergerak mundur. Ia tidak menyangka bahwa Ben
ternyata memiliki sikap seperti itu. Ia begitu kecewa dengan Ben.
Setelah putus dari Ben, Baby,
sahabat sekaligus sepupu Sascha menyarankan agar ia mencoba mencari pasangan
melalui online dating.Awalnya, Sascha
masih meragukan hubungan melalui ruang virtual itu. Ia tentunya memikirkan
berbagai risiko kejahatan siber yang dapat dialaminya.Tetapi ketika ia melihat
Olla, sahabat semasa SMA-nya menikah dengan pacar yang didapatnya melalui online dating,Sascha akhirnya tergiur
dengan tawaran sepupunya, Baby untuk mendaftar di online dating. Baby sendiri mendapatkan pacar melalui online dating dan akan menikah beberapa
bulan lagi.
Awalnya Sascha mendapat nasib buruk
ketika melakukan online dating.Ia
hampir menyerah ketika alamat emailnya terus mendapatkan pesan email yang sama
dari seseorang yang mengenalnya dari online
dating. Pesan itu dikirim oleh Oliver Dawson,seorang pria berkebangsaan Inggris.
Mereka memutuskan untuk mencoba mengenal satu sama lain dan menjalin hubungan.
Awalnya hubungan mereka berjalan dengan lancar. Sascha mulai membuka hatinya
untuk Oliver yang begitu ramah dan terbuka.
Namun, lagi-lagi, hubungan itu pun tidak
semulus yang Sascha bayangkan seperti Baby dan pacarnya. Berbagai hal yang
membuat Sascha selalu bertanya-tanya tentang Oliver ketika mereka berkomunikasi
via daring pun perlahan terkuak ketika Oliver berkunjung ke Indonesia. Pada
pertemuan di dunia nyata inilah, perasaan Sascha mulai goyah. Kepercayaannya
terhadap Oliver perlahan memudar.
Secara keseluruhan, novel ini
menceritakan lika-liku pra-pernikahan dengan manis serta memikat. Christina
Juzwar meramu konflik-konflik yang mungkin akan terjadi sebelum melangsungkan
pernikahan. Sebagai pembaca, kita dapat ikut merasakan kegundahan Sascha yang
tidak kunjung menikah.
Sayangnya, novel ini memiliki alur
yang mudah ditebak. Awalnya, plot-twist
yang ditawarkan sangat tidak terduga. Namun, plot-twist pertama itu sekaligus membuka kemungkinan-kemungkinan
alur lain. Sehingga pembaca dapat dengan mudah menebak apa yang akan terjadi
selanjutnya.
Terlepas dari semua itu, novel ini
digarap dengan apik. Pada awalnya, kita akan menganggap bahwa jalan cerita yang
akan disuguhkan mungkin terkesan tidak logis. Tetapi, setelah membacanya, kita
malah dapat melihat realitas-realitas lain dalam sebuah relasi. Penulis
sepertinya ingin menyampaikan bahwa jodoh adalah sesuatu hal tidak dapat
ditebak. Dan untuk menemukan jodoh adalah sesuatu hal yang membutuhkan perjuangan.
Seperti yang dikatakan oleh rekan Sascha dan Ben, Ketut. Ia menyuruh Sascha
agar mengejar cintanya karena ia berhak (hlm 279). Adapun sosok Sascha dan
Oliver digambarkan juga digambarkan begitu natural. Sepertinya Christina
melakukan riset yang cukup mendalam untuk mengupas tuntas fenomena kencan
virtual.
Novel ini menggunakan bahasa yang
ringan dan mudah dipahami. Sayangnya, ada beberapa kalimat yang ditulis dengan
bahasa inggris tanpa disertai terjemahannya. Walaupun bahasa inggris adalah bahasa
internasional, kiranya akan lebih baik jika kalimat berbahasa inggris itu
diterjemahkan dalam bahasa indonesia agar pembaca mampu memahaminya.
Catatan: Jujur saja, saya galau baca ini – entah kenapa!
Comments
Post a Comment