[Teori Komunikasi] Teori dalam Ranah Fenomologi
1.
The Message (Pesan)
a. Paul Ricoeur’s Theory of
Distanciation
Teori ini membahas tentang bagaimana suatu pesan ditangkap dan
dipahami secara terpisah-pisah. Suatu pesan memiliki arti yang tidak respektif
dalam keaslian pesan komunikator yang sebenarnya. Kita dapat membaca pesan dan
memahaminya, tetapi dalam kenyataannya kita bukan bagian dari the original speech event.
b.
Stanley
Fish’s Reader-Response Theory
Pendapat Stanley Fish berbeda dengan Ricoeur. Jika Ricoeur
menganggap bahwa pesan/makna terdapat dalam suatu pesan, maka Fish
berkebalikan. Fish berpandangan bahwa makna dapat ditemukan dan digali pada
diri komunikan (pembaca) itu sendiri, bukan pada teks. Dalam hal ini teks hanya
menstimulasi pembaca agar menjadi seseorang yang aktif memahami dan mengerti
suatu teks/pesan dan persoalan. Pada teori Fish, tentu sulit menemukan
objektivitas karena pemaknaan tidak bersifat tunggal.
c.
Hans-Georg
Gadamer’s Philosophical Hermenneutics
Menutut pandangan Georg dan teorinya, setiap manusia tidak
pernah terpisahkan dari kegiatan menganalis dan menginterpretasi suatu hal.
Secara alamiah, kita sebagai manusia selalu melakukan interpretasi setiap
harinya. Eksistensi kita sebagai manusia muncul ketika kita melakukan
interpretasi. Interpretasi-interpretasi yang kita lakukan tersebut terbentuk
dari pengalaman sehari-hari. Dalam hal ini, kita memahami pengalaman
sehari-hari dengan interpretatif atau asumsi-asumsi. Pengalaman, sejarah, dan
budaya yang kita miliki memberikan kita cara untuk memahami segala sesuatu hal.
Pemahaman yang kita dapatkan ini, tentunya tidak dapat memisahkan antara
pribadi kita dan pengalaman yang kita miliki.
2.
The Relationship (Hubungan)
a. Carl
Rogers
Sering disebut juga “self
theory”. Teori membahas mengenai
bagaimana pribadi seseorang dipengaruhi oleh hubungan-hubungan yang ia jalani
dengan orang lain. Pendekatan Rogers tentang suatu hubungn dimulai pada aspek
fenomena. Pengalaman-pengalaman yang kita miliki mempengaruhi aspek fenomena
kita. Dapat dikatakan pula, teori ini menjelaskan mengenai bagaimana seseorang
berusaha memahami dan berada di posisi orang lain. Sedangkan apa yang dialami
oleh satu orang dengan lainnya berbeda.
b. Martin
Buber
Menurut Buber, seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang
lain, tentu memerlukan dialog atau percakapan. Buber melabeli dialog sebagai
I-Thou Relationship. Ketika kita memiliki hubungan dengan orang lain, karakter
kita akan muncul dan mendapat tanggapan dari orang lain. Hal ini dapat dikenali
dari pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami sebelumnya. Dalam hal ini, Buber ingin menjelaskan bahwa
dialog dapat memberikan alternatif kepada kita untuk menceritakan pengalaman,
pendapat, dan apa yang kita rasakan.
3. Culture
and Society
a.
Cultural
Hermeneutics
Pendekatan yang ditawarkan Geertz untuk menyelidiki kebudayaan
adalah apa yang disebut oleh filosof Inggris Gilbert Ryle dengan “Thick Description” (deskripsi/pelukisan
mendalam). Istilah ini dikaitkan dengan kegiatan La Paenseur (sang pemikir) yang
sedang melakukan kegiatan ‘memikirkan dan merefleksikan’ dan ‘memikirkan
pikiran-pikiran’. Dengan cara ini, biasanya penelitian dilakukan dengan
mengambil suatu obyek yang terbatas, sehingga pelukisan terhadap suatu
kebudayaan menghasilkan suatu paparan yang bersifat mikroskopis, deskripsi
tentang makna dan sistem simbol dalam masyarakat.
Maka
menurut Geertz, etnografi dan juga antropologi secara umum, harus selalu
melibatkan ‘pelukisan mendalam’ ini, sebagai kebalikan dari ‘pelukisan dangkal’
(Thin Description). Tugas etnografer
atau antropolog tersebut, bukan hanya sebatas mendeskripsikan struktur
suku-suku atau rtual-ritual masyarakat yang ditelitinya saja, tetapi juga
mencari makna, menemukan apa yang sesungguhnya berada di balik perbuatan
mereka, atau makna yang ada di balik seluruh kehidupan dan pemikiran ritual,
struktur, dan kepercayaan merekaLebih lanjut mengenai makna, Geertz berpendapat
bahwa makna dalam kebudayaan bersifat publik, dan kembali kepada konteks
masyarakat pendukungnya, karena mereka saling berbagi konteks makna dalam
kebudayaan tersebut. Sehingga menurutnya, secara sosial kebudayaan terdiri dari
struktur-struktur makna dalam terma-terma berupa sekumpulan tanda yang
dengannya masyarakat melakukan suatu tindakan, mereka dapat hidup di dalamnya,
ataupun menerima celaan atas makna tersebut dan kemudian menghilangkannya.
Dengan demikian, kebudayaan menemukan artikulasinya melalui alur tingkah laku,
atau melalui tindakan sosial.
Comments
Post a Comment